Konten Media Partner

Angka Kematian Ibu Masih Tinggi di Indonesia, Ini Pemicunya

10 November 2023 9:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
(Ki-ka) Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG., Subsp.F.E.R. bersama Professor Departemen Obstetri & Ginekologi kepada Associate. Prof. Johannes Jürg Duvekot,MD, PhD dari Erasmus University Medical Centre, Rotterdam, Belanda. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
(Ki-ka) Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG., Subsp.F.E.R. bersama Professor Departemen Obstetri & Ginekologi kepada Associate. Prof. Johannes Jürg Duvekot,MD, PhD dari Erasmus University Medical Centre, Rotterdam, Belanda. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat di suatu negara adalah angka kematian ibu (AKI) yang rendah. Hanya saja sejauh ini kasus kematian ibu di Indonesia masih cenderung tinggi. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG., Subsp.F.E.R. mengungkapkan saat ini AKI di Indonesia berada di angka 180an per 100 ribu Kelahiran Hidup (KH) dalam setahun.
ADVERTISEMENT
"Ini kita terus berupaya agar AKI bisa turun," ujarnya saat ditemui Basra usai acara Inaugurasi Adjunct Professor Departemen Obstetri & Ginekologi kepada Associate. Prof. Johannes Jürg Duvekot,MD, PhD dari Erasmus University Medical Centre, Rotterdam, Belanda, di FK Unair, (9/11).
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Prof Budi menuturkan beberapa faktor tersebut antara lain penyakit jantung/hipertensi di posisi pertama, disusul pendarahan pasca melahirkan.
"Nah Prof. Johannes ini orang yang cukup concern terhadap upaya penurunan angka kematian ibu," tuturnya.
Prof Budi berharap dengan kehadiran Prof Johannes dari Belanda tersebut dapat mentransfer ilmunya kepada calon spesialis obgyn utama di FK Unair.
"Itu sebagai langkah pencegahan, karena bagaimanapun juga langkah pencegahan masih lebih baik (untuk menekan AKI)," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Langkah pencegahan itu dapat dilakukan dengan diagnosis secara tepat hemorrhagic postpartum (HPP). Ada banyak faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya pendarahan postpartum yaitu usia ibu tidak muda lagi saat hamil, jarak hamil kurang dari 2 tahun, anemia, riwayat persalinan buruk sebelumnya hingga status gizi ibu.
"Upaya pencegahan sebenarnya sudah dilakukan hanya saja selalu muncul problem, misalnya saat harus dirujuk masih mau rundingan dulu sama keluarga. Problem seperti ini yang bisa memicu keterlambatan penanganan," jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut Prof Budi juga mengungkapkan jika sejatinya tingginya AKI di Indonesia masih lebih rendah dibanding negara-negara lain di ASEAN.
"Misalnya untuk Kamboja dan Laos. Hanya saja proses penurunan AKI di sana cukup cepat, dari sekitar 600an bisa ke angka 200an. Nah kita dari angka 300 masih turun di angka 180an. Saya kuatir nanti kita malah bisa disalip kalau tidak melakukan upaya-upaya yang lebih baik," tandasnya.
ADVERTISEMENT