Konten Media Partner

Artjog 2025 Singgah di Pasar Tunjungan Surabaya

20 April 2025 8:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gading Paski, Program Manager Artjog. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Gading Paski, Program Manager Artjog. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Sebuah festival seni rupa kontemporer terbesar di Indonesia, Artjog, siap kembali digelar di Jogjakarta pada 20 Juni hingga 31 Agustus nanti. Pameran ini menghadirkan program Road to Artjog yang menjadi program pra pameran. Setelah Jakarta, Road to Artjog menyambangi Kota Surabaya di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Di Road to Artjog yang digelar di Surabaya menyajikan pameran tunggal dari seniman Jompet Kuswidananto yang menampilkan berbagai karya bertajuk "Arak-arak". Praevent Artjog 2025 ini digelar hingga 3 Mei mendatang di Pasar Tunjungan.
“Tahun lalu kami (Road to Artjog) hadir di Jakarta, tahun ini giliran Surabaya. Kami tidak mungkin ada di sini tanpa sambutan hangat dari kawan-kawan Surabaya,” ujar Gading Paski, Program Manager Artjog dalam press conference Road to Artjog 2025, Sabtu (19/4) sore.
Gading menuturkan, tahun ini adalah tahun ke-18 Artjog berjalan. Sejak 2008, Artjog menjelma bukan hanya sebagai ajang pameran seni, tapi medan pertarungan ide dan wacana.
“Kami menyebutnya pengantar sejenis salam sebelum pameran utama. Sebuah cara menyapa, atau bahasa romantisnya, menggoda penikmat seni,” ujar Gading.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan yang sama, CEO Artjog Heri Pemad mengatakan di gelaran yang sudah ke-18 tersebut, Artjog 2025 bertema Motif: Amalan, yang merupakan seri terakhir dari trilogi Motif.
Menurut Pemad, meski tampak sederhana praevent Artjog 2025 “Arak-arak” adalah gerakan strategis. Pameran ini bukan sekadar pameran pengantar, tapi upaya menjangkau lebih banyak ruang, lebih banyak publik, dengan bahasa yang lebih bersahabat. Dan Surabaya, dengan geliatnya yang tak pernah letih, menjadi ruang yang cocok untuk memulai.
“Surabaya itu asyik. Kota kedua penggemar Artjog setelah Jakarta. Kami datang bukan hanya untuk berpameran, tapi juga mendengar, berdialog, dan berarak bersama," tandas Pemad.