Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Bahaya Inteloransi Laktosa pada Anak, Bikin Perut Kram Hingga Diare
26 April 2022 14:47 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Mungkin sulit untuk mengetahui apakah bayi atau anak mengalami gejala intoleransi laktosa atau memiliki alergi susu. Yang jelas, kedua kondisi tersebut membuat tubuh tidak bisa mendapatkan nutrisi penting yang dimiliki susu dan produk olahannya seperti kalsium, vitamin A, B12, dan vitamin D. Nutrisi lainnya seperti protein pada susu dan produk olahan susu merupakan sumber nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan anak.
ADVERTISEMENT
dr. Adam Prabata mengungkapkan terkait intoleransi laktosa dan bagaimana penanganannya? Menurutnya, tubuh menggunakan enzim alami yang disebut laktase untuk mengubah laktosa pada produk susu dan olahannya, menjadi glukosa dan galaktosa agar kemudian bisa diserap dan digunakan sebagai sumber energi.
"Pada penderita intoleransi laktosa, tubuh tidak menghasilkan enzim laktase dalam jumlah yang cukup. Akibatnya, laktosa yang tidak tercerna, masuk ke usus besar dan terfermentasi oleh bakteri. Kondisi ini menimbulkan keluhan seperti perut kembung, kram perut, mual, diare dan sering buang angin," jelasnya, dalam keterangan tertulis, Selasa (26/4).
Sementara alergi susu, kata dia, terjadi akibat reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein yang terdapat pada susu. Bukan hanya gangguan saluran pencernaan, alergi susu juga dapat menimbulkan reaksi atau gejala lainnya, seperti ruam kemerahan yang terasa gatal dan sesak napas.
ADVERTISEMENT
Menurut National Institute of Diabetes dan Digestive and Kidney Disease (2014), gejala intoleransi laktosa yang terus berulang akan berdampak terhadap pertumbuhan anak, bahkan bisa menyebabkan gizi kurang.
"Salah satu cara untuk memastikan apakah anak mengalami kesulitan mencerna laktosa adalah dengan mengeliminasi semua produk susu dari makanan anak selama dua minggu dan kemudian melihat apakah gejalanya membaik. Setelah dua minggu, perlahan-lahan perkenalkan kembali produk dalam jumlah kecil setiap harinya untuk melihat apakah gejalanya kembali," paparnya.
Jika anak memiliki intoleransi laktosa, mereka masih bisa mengonsumsi produk bebas laktosa termasuk susu bebas laktosa, keju, dan yogurt. Selain itu, anak bisa mendapatkan kalsium dari sayuran berwarna hijau seperti bayam, brokoli dan kangkung, kacang-kacangan (almond), dan ikan (sarden, salmon).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Farell Sutantio selaku Presiden Direktur Cimory menjelaskan, jntoleransi laktosa dapat membuat anak sangat tidak nyaman, tetapi perubahan kecil dalam pola makan anak dapat membantu mengatasi masalah tersebut.
"Dalam hal ini, produk Cimory yaitu Susu UHT Cimory Bebas Laktosa, hadir untuk mendukung kecukupan gizi anak yang tidak toleran laktosa," tukasnya.