Konten Media Partner

'Bangunkan' Lahan Tidur Jadi Kebun Sayur, Warga Kebun Ahong Jadi Mujur

23 Oktober 2022 6:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PANEN SAWI: Zumrotun Sholihah (dua dari kanan) Ketua Kampung Sayur Ahong bersama para pengrus kebun yang berasal dari warga setempat. Foto-foto: Windy Goestiana/Basra
zoom-in-whitePerbesar
PANEN SAWI: Zumrotun Sholihah (dua dari kanan) Ketua Kampung Sayur Ahong bersama para pengrus kebun yang berasal dari warga setempat. Foto-foto: Windy Goestiana/Basra
ADVERTISEMENT
Berawal dari keinginan untuk menata tempat tinggal jadi kawasan yang bersih, asri, dan nyaman, warga Tanah Merah Utara Gang 5 Surabaya justru menuai berkah. Bukan hanya lingkungan yang jadi bersih dari sampah, tapi warga juga bisa merasakan nikmatnya panen aneka sayur dan lele yang bisa mencapai 20 kilogram setiap kali panen. Kampung mereka kini lebih dikenal dengan julukan Kampung Sayur Ahong. Zumrotun Sholihah, Ketua PKK dan Ketua Kampung Sayur Ahong bercerita, penghijauan di kampungnya dimulai sekitar tahun 2015. Saat itu, warga berinisiatif untuk mengikuti Lomba Merdeka dari Sampah untuk membuat lingkungan mereka lebih bersih dan nyaman. "Dari pengalaman ikut lomba itu kami jadi semangat untuk membuat lingkungan ini bukan cuma bersih, tapi juga asri, banyak tanaman. Dulu kami tanam terong, tapi sejak 2018 kami mulai condong ke tanaman binahong karena manfaatnya banyak untuk penyembuhan luka. Karena itu nama kampung ini Ahong diambil dari nama binahong," kata perempuan yang akrab disapa Zum ini pada Basra (21/10).
DILENGKAPI PANEL SURYA: Kebun hidroponik milik Kebun Sayur Ahong sudah dilengkapi panel surya atau solar cell untuk mensuplai kebutuhan listrik mandiri. Foto: Windy Goestiana/Basra
zoom-in-whitePerbesar
DILENGKAPI PANEL SURYA: Kebun hidroponik milik Kebun Sayur Ahong sudah dilengkapi panel surya atau solar cell untuk mensuplai kebutuhan listrik mandiri. Foto: Windy Goestiana/Basra
Menurut cerita Zumrotun, Kebun Sayur Ahong berdiri di atas tanah milik salah satu warga yang kosong dan tidak dipergunakan. "Jadi ini lahan tidur yang 'dibangunkan'. Kami dapat izin dari pemiliknya untuk menjadikannya kebun sayur. Karena kalau lahan ini dibiarkan kosong justru bisa jadi tempat pembuangan sampah," kata Zumrotun. Di kebun Ahong ditanami berbagai tanaman toga dan sayur seperti telang, jahe merah, asem, pandan, bayam, kangkung, terong, cabai, sawi, pakcoy, selada, daun cincau, serai, ketela, daun tujuh jarum, dan masih banyak lagi. Beberapa tanaman sayur dan buah itu ada yang ditanam dengan cara hidroponik dan adapula yang mempraktikkan sistem tasapot (tanaman sayur dalam pot). "Awalnya kami belajar berkebun secara otodidak. Baca buku dan cari di internet. Tapi karena ikut lomba kami jadi punya kesempatan dapat sosialisasi dari DKPP (Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya). Kami diajari bagaimana hidroponik yang benar, bagaimana memulai pembibitan, cara memberi pupuk, bagaimana menanam sayur dan buah dalam pot, sampai kami dapat jatah kompos, dan benih sayur. Kami sangat terbantu," kata Zumrotun. Kini berkat ketekunan dan kemauan kuat untuk terus merawat Kebun Sayur Ahong, warga RT 8 Jalan Tanah Merah Utara Gang 5 itu kini rutin panen sayur, buah dan lele dalam setahun.
ADVERTISEMENT
PRODUK UMKM KEBUN AHONG: Tanaman Sayur Kebun Ahong juga diolah menjadi keripik, mie, puding, minuman siap saji, dan teh.
"Pernah kami panen selada sampai 20 kilogram. Lele juga pernah sampai 20 kilogram sekali panen. Selain kita jual ke warga sini ataupun warga luar, kita juga olah jadi produk makanan dan minuman khas Kebun Ahong. Kami olah binahong jadi teh, mi, keripik, dan puding. Untuk telang, sinom, dan rosela juga kami olah jadi minuman kemasan botol yang segar dan bisa dibeli tiap hari, kata Zumrotun. Harga dari sayur Kebun Ahong ini juga bervariasi. Untuk harga selada per 250 gram sekitar Rp 10 ribu, pakcoy per 300 gram Rp 7 ribu sampai Rp 8 ribu, dan sawi per 300 gram sekitar Rp 3 ribu. Sedangkan harga olahan produk sayur dan toga yang menjadi keripik, teh, maupun minuman dingin bervariasi antara Rp 5 ribu - Rp 15 ribu. "Uang hasil penjualan kami masukkan ke kas Kebun Ahong. Uang itu dimanfaatkan untuk perawatan kebun, memperbaiki instalasi hidroponik, termasuk untuk memasang solar cell agar stok listrik hidroponik aman. Kami juga pernah membantu beberapa balita stunting dengan uang hasil Kebun Ahong. Alhamdulillah bermanfaat untuk semua," kata Zumrotun.
ADVERTISEMENT
Kampung Sayur Ahong kini rutin menerima kunjugan instansi dan mahasiswa yang ingin belajar tentang kebun sayur perkotaan. "Pernah ada mahasiswa dari Belanda dan Kyoto yang pernah melakukan penelitian di sini," kata Zumrotun. Selain punya kebun sayur dan lele, warga Kebun Ahong juga terus melakukan program utama mereka yaitu sedekah sampah.
Program Sedekah Sampah dilakukan oleh warga dengan cara mengumpulkan sampah plastik, seng, maupun minyak jelantah setiap minggunya. Zumrotun mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan Bank Sampah Induk Surabaya untuk mengangkut sampah kering mereka. "Sampah-sampah itu akan ditimbang dan ditukar uang. Jadi bisa untuk sumber pemasukan untuk kas Kebun Ahong. Warga di sini juga merasakan manfaat sedekah sampah, selain rumahnya bersih kami juga sering mengadakan makan bersama bila ada kegiatan bersih-bersih kampung. Bahkan kalau warga di rumahnya punya bahan baku produk seperti bunga telang, bisa kami beli jadi penghasilan juga untuk mereka," kata Zumrotun menutup pembicaraan.
ADVERTISEMENT