Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Banyak Guru Hidup di Abad 21 Tapi Cara Mengajar Seperti di Abad 19
14 Maret 2022 11:30 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ketua Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan mengungkapkan, saat ini kebanyakan guru di Indonesia masih tertinggal dengan cara mengajar yang identik dengan guru abad ke-19.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut didukung oleh kultur dan perkembangan sistem pendidikan yang tidak mengarah untuk menjawab tantangan abad ke-21.
“Kita masuk abad ke-21, industri yang memiliki valuasi paling tinggi sudah berbeda dengan abad ke-19. Misalnya dulu perusahaan minyak, sekarang memang masih ada tapi kalah nilainya dengan Apple dan Google,” ungkapnya, Senin (14/3).
Menurutnya, Apple dan Google adalah dua contoh perusahaan teknologi yang mengutamakan kreativitas untuk menciptakan produk dan layanan.
Apa yang terjadi dengan dua perusahaan ini menunjukkan bahwa tantangan zaman saat ini adalah kemampuan untuk memahami konsep, bernalar, dan berinovasi.
Bukik mengatakan, pendidikan abad ke-21 memiliki beberapa ciri esensial. Seperti berorientasi pada tujuan jangka panjang, mengutamakan kompetensi, asesmen dengan ujian bermakna, kemampuan bernalar, serta kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
“Pendidikan abad ke-19 itu tujuannya dapat nilai angka yang tinggi jadi ujiannya standar seperti Ujian Nasional (UN). UN saja masih kita terapkan hingga tahun 2019 lalu. Berarti setidaknya sampai 2019, kita sebenarnya masih menggunakan sistem pendidikan abad ke-19,” kata Bukik.
Bukik menuturkan, jika ujian bermakna bukan sebatas mengerjakan soal ujian, tapi peka melakukan riset dan menyelesaikan persoalan komunitas hingga menjadi kompetensi diri. Hal ini membutuhkan kemampuan bernalar dan kemerdekaan dalam proses belajarnya.
"Sedangkan tujuan jangka panjangnya, menyadari bahwa tujuan pendidikan seseorang adalah mengatasi tantangan hidupnya masing-masing sesuai konteks agar bisa hidup mandiri dan bahagia," pungkasnya.