Konten Media Partner

Banyak Perusahaan Pecat Karyawan Gen Z, Pakar Ungkap Penyebabnya

17 Januari 2025 7:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pekerja kantor. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pekerja kantor. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Laporan terbaru Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, mengungkap data mengejutkan terkait karyawan/pekerja Gen Z. Menurut laporan tersebut, sekitar enam dari 10 perusahaan yang disurvei melaporkan telah memecat lulusan universitas yang baru mereka rekrut.
ADVERTISEMENT
Radius Setiyawan Dosen UM Surabaya sekaligus pengkaji pop culture menilai tingginya angka pemecatan Gen Z di perusahaan juga berkaitan dengan karakter Gen Z itu sendiri. Menurut Radius, Gen Z dikenal memiliki pandangan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Generasi ini cenderung memprioritaskan keseimbangan hidup, perkembangan diri, serta memiliki harapan tinggi akan fleksibilitas kerja dan peran yang bermakna.
“Ketika Gen Z bekerja di sebuah perusahaan, maka secara otomatis dia harus mematuhi pakem-pakem dan berperilaku sesuai dengan budaya organisasi. Sementara itu bertentangan dengan ekspresi mereka,” ujar Radius, dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Jumat (17/1).
Radius menjelaskan, bahwa sebagian besar Gen Z juga menggaungkan self love, sementara bagi perusahaan menerapkan perilaku yang berfokus pada diri sendiri berarti melenceng dari kultur yang telah dibangun dari tradisi sebelumnya. Dan karakter itu bukanlah sesuatu yang dicari oleh sebagian besar pengusaha.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Radius mencontohkan beberapa kasus yang terjadi pada Gen Z yang dipecat karena menggunakan bahasa kasual atau bahasa santai di kantor. Menurutnya bahwa kehadiran media sosial membuat banyak Gen Z minim terpapar bahasa formal.
“Misalnya saja, generasi Z ini lebih tertarik mengkonsumsi berita dari TikTok ketimbang mendengar saluran berita dengan gaya yang lebih formal, mereka lebih banyak mendengar para pemengaruh di media sosial seperti influencer dan sejenisnya,” imbuhnya.
Sehingga hal ini, kata Radius, dapat mempengaruhi bahasa yang digunakan, seperti berbicara lebih santai, bersahabat, dan informal.
Persoalan lain terkait kasus ini adalah soal ekspektasi yang tidak realistis tentang jenis pekerjaan, gaji, dan kondisi kerja. Banyak Gen Z memiliki harapan tinggi terhadap posisi yang diinginkan, termasuk gaji besar, fleksibilitas, dan lingkungan kerja yang nyaman, tetapi seringkali realitas pasar tidak memenuhi harapan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Akibatnya, banyak dari Gen Z merasa terjebak dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan aspirasi mereka, sehingga menyebabkan ketidakpuasan dan keinginan untuk keluar dari perusahaan mereka bekerja,” terangnya.
Padahal ketidakcocokan antara harapan dan kenyataan ini dapat menghambat pencarian kerja dan meningkatkan angka pengangguran di kalangan Gen Z.
Kata Radius, perubahan adalah suatu keniscayaan di tengah arus digital yang serba cepat. Sudah seharusnya juga perubahan-perubahan ini mungkin perlahan diterapkan di tempat kerja.
“Artinya ketika Generasi Z diharuskan beradaptasi dengan standar profesional di perusahaan, para pemimpin senior juga harus menghargai bahwa gaya bahasa dan kebutuhan karyawan berubah seiring berjalannya waktu,” katanya.
Selanjutnya yang tidak kalah penting, faktor kelas ekonomi, gender, ras, dan agama. Sejumlah hal ini sering kali luput, ketika membicarakan hambatan Gen Z dalam mendapatkan pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Faktanya, masih banyak perempuan yang cenderung sulit berpartisipasi dalam dunia kerja. Penyebabnya adalah minimnya kesempatan kerja yang berkaitan dengan stereotip gender, dan kerja perawatan yang enggak dipandang sebagai pekerjaan.
Radius lantas memberikan beberapa rekomendasi pekerjaan yang cocok untuk Gen Z seperti content creator, media sosial specialist, entrepreneur, designer, fotografer, videographer, data scientist dan content writer.
“Beberapa rekomendasi ini mungkin cocok untuk Gen Z karena bisa dilakukan di mana saja atau istilahnya Work From Anywhere,” pungkasnya.