Konten Media Partner

Begini Penerapan Merdeka Belajar dan Merdeka Bermain untuk Anak PAUD

20 Juni 2022 12:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Begini Penerapan Merdeka Belajar dan Merdeka Bermain untuk Anak PAUD
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
PAUD Holistik-Integratif (PAUD HI) merupakan upaya pengembangan anak usia dini untuk memenuhi kebutuhan esensial yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan esensial tersebut meliputi pendidikan, pengasuhan, kesejahteraan, perlindungan, serta gizi dan kesehatan.
Netti Herawati selaku ketua umum HIMPAUDI menjelaskan, pendidikan sebagai salah satunya tidak akan dapat diterima secara efektif oleh anak apabila yang lainnya tidak diberikan secara optimal.
Dalam pilar pendidikan, kata Netti, mendidik anak PAUD harus dilakukan secara non-direct teaching atau pembelajaran dengan tanpa didikte. Karena melalui cara ini, anak dapat menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhannya.
"Peran guru bukan mengajarkan, melainkan memfasilitasi anak agar menemukan sesuatu melalui kegiatan bermain atau mengerjakan proyeknya. Kita tidak tahu apa yang akan mereka hadapi ke depannya, sehingga tugas kita adalah membuat mereka suka belajar, pandai belajar, dan selalu belajar. Itulah mengapa merdeka belajar menjadi penting,” kata Neti dalam webinar Implementasi PAUD HI dalam Merdeka Bermain, Senin (20/6).
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan yang sama, Bukik Setiawan selaku Ketua Yayasan Guru Belajar mengungkapkan, selama ini merdeka belajar masih sering disalahartikan sebagai kebebasan.
“Kebebasan itu freedom, kalau merdeka otonom atau independen, bagaimana anak bisa mengatur sendiri. Jadi merdeka belajar itu anak mengatur sendiri tujuan, cara belajar, dan penilaian belajarnya,” ungkapnya.
Bukik menjelaskan, terdapat tiga komponen merdeka belajar, yakni komitmen pada tujuan, mandiri pada cara, dan refleksi berkala.
Komitmen pada tujuan menekankan pentingnya pelibatan anak dalam merumuskan tujuan belajar. Dalam hal ini, anak tidak hanya diberitahu tapi diajak berdiskusi.
Selanjutnya yakni kemandirian, artinya memberikan pilihan cara belajar pada anak. Sedangkan refleksi berkala adalah mengajak anak untuk menilai dirinya dan menilai emosinya agar anak mengetahui kondisi mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
“Dalam konteks PAUD, merdeka belajar diperkuat menjadi merdeka bermain. Dalam ekosistem kita, pendidikan biasanya diartikan dengan membuka buku, menghafalkan rumus. Mau mempertegas, kalau dalam konteks PAUD, yang namanya belajar ya bermain. Dari permainan-permainan itu, anak diajak melakukan refleksi,” jelas Bukik.
Dalam kesempatan itu, Bukik juga menceritakan praktik seorang guru TK dari Semarang, Anik Puspowati. Menurut Bukik, Anik sudah menerapkan merdeka belajar dan merdeka bermain dengan menerapkan tiga komponennya.
Anik biasanya mengajak murid untuk mengenalkan macam-macam binatang dengan mengunjungi peternakan. Sebelum mengenal merdeka belajar, Anik akan mengajak muridnya langsung ke peternakan kuda.
Namun sejak tahun 2017, kebiasaannya berubah. Sebelum ke peternakan, Anik akan mengajak diskusi terlebih dulu bersama murid mengenai apa saja yang akan dilakukan di peternakan kuda. Apa saja keberhasilan pembelajaran di tempat itu dan hasil diskusi menjadi sebuah rubrik penilaian.
ADVERTISEMENT
"Masing-masing anak juga dapat memasang targetnya sendiri-sendiri. Setelah ke peternakan akan dilakukan refleksi, apabila target tercapai anak akan mengungkapkan apa yang membuatnya berhasil, demikian sebaliknya," tuturnya.
Untuk mulai menerapkan merdeka belajar dan merdeka bermain seperti Anik, guru harus melakukan asesmen diagnostik untuk memahami kebutuhan masing-masing anak.
"Kemudian merumuskan cara belajar yang beragam, setidaknya dua cara berbeda dan membiarkan murid memilih cara yang disukainya. Terakhir, pada akhir kegiatan mengajak murid melakukan refleksi," pungkasnya.