Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Begini Upaya FK Unair Wujudkan Zero Bullying hingga Zero Depresi di Kampus
6 Oktober 2024 12:53 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sebagai langkah awal, Dekan FK Unair Prof Budi Santoso, dr., Sp.OG, Subsp, F.E.R menandatangani perjanjian (MoU) dengan pendiri ESQ, Dr (HC) Ary Ginanjar Agustian. Penandatanganan ini dilakukan dalam acara Opening Ceremony Dies Natalis Fakultas Kedokteran UNAIR ke-70 dan Peringatan 111 Tahun Pendidikan Dokter di Surabaya yang digelar Sabtu (5/10) kemarin.
ADVERTISEMENT
“MoU ini berlaku selama lima tahun. Kami akan memberikan pelatihan ESQ secara berkala kepada mahasiswa dan PPDS,” ujar Dekan FK Unair Prof Budi Santoso.
Menurutnya, semua jenjang pendidikan, fakultas, serta jurusan, mahasiswa maupun institusi mana pun pasti pernah mengalami stres dan depresi.
"Itu dinamika dalam proses pendidikan. Yang jelas (di FK Unair) semua terkendali dalam batas yang normal," tambah dekan yang akrab disapa Prof Bus ini.
Prof Bus menambahkan, pihaknya akan terus berupaya untuk mewujudkan lingkungan kampus yang zero bullying, zero depresi dan zero stres. Sebagai upayanya, FK Unair bersama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo melakukan pendekatan preventif. Salah satunya dengan membentuk unit konsultasi yang berkaitan dengan masalah, stress dan depresi.
ADVERTISEMENT
"Kita juga sudah membuat alur mengenai pelaporan terkait bullying,” tambah dekan yang akrab disapa Prof Bus ini.
Lebih lanjut, pelatihan ESQ ini juga masuk dalam upaya preventif dengan memberikan penguatan kecerdasan emosional dan spiritual sehingga hal-hal tersebut tidak membudaya.
“ESQ sudah bergerak lebih dari 20 tahun dalam penguatan mental, spiritual dan emosional dan telah membantu banyak orang sehingga kami menggandengnya,” tukasnya.
Ary Ginanjar mengapresiasi FK Unair yang responsif dalam memberikan jawaban terhadap isu depresi dan bullying yang berkembang.
“Dari seluruh fakultas maupun universitas di Indonesia, FK Unair ini yang paling pertama merespons dan responsif adalah FK Unair untuk segera memberi jawaban solutif terhadap masalah ini,” terangnya.
Ary Ginanjar melanjutkan, kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk menjalani profesi apa pun. Diperlukan juga kecerdasan emosional dan spiritual. Jika kecerdasan intelektual untuk menunjang akademis, kecerdasan emosional untuk mengolah rasa, bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Sementara kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk memberi arti dan makna.
ADVERTISEMENT
“Seseorang yang tidak punya kecerdasan spiritual, kemungkinan depresinya 4 kali lebih tinggi. Tapi yang memiliki kecerdasan spiritual, dia memiliki 3,8 kali lipat lebih kuat kemampuan dalam menghadapi tekanan-tekanan baik dalam pekerjaan maupun pendidikan dan kehidupan,” lanjutnya.
Ada empat pendekatan yang ESQ tawarkan kepada dekan, antara lain bagaimana menguatkan kecerdasan spiritual peserta didik, menemukan 3 E (easy, enjoy dan excellent) pada peserta didik dengan membaca talenta setiap dokter dan calon dokter.
“Sehingga mereka cocok, tidak hanya dalam pekerjaan, talenta mereka, namun juga budaya. Ini kami ada AI mengetahui karakter masing-masing ” tambahnya.
Kemudian adalah growth mindset. Yakni kemampuan untuk merespons positif apa pun yang terjadi dan tekanan seberat apa pun.
Dan terakhir jika ketiga hal ini tidak cukup kami akan membekali dosen pembimbing untuk melakukan coaching untuk mengatasi masalah secara manusiawi. Tidak dengan tekanan, kemarahan, kekerasan atau bullying. Namun dengan dua cara yakni mendengar dan bertanya namun bisa memberi jawaban.
ADVERTISEMENT