Konten Media Partner

Benarkah Kematian Pasien COVID-19 di RS karena Interaksi Obat? Ini Kata Dokter

13 Juli 2021 15:29 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Dokter Lois Owien tak hanya menyangkal keberadaan COVID-19, tapi juga mengatakan penyebab kematian pasien (COVID-19) yang ada di rumah sakit saat ini dikarenakan interaksi obat dan asidosis laktat. Terkait hal tersebut, Dr. dr. Meity Ardiana Sp.JP., (k), FIHA, Sekretaris departemen kardiologi dan kedokteran vaskular FK Unair memberikan penjelasan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pada pasien COVID-19 terjadi suatu respon peradangan yang tidak teregulasi dengan baik (badai sitokin) oleh tubuh yang dapat menyebabkan berkurangnya oksigen pada sel tubuh. Selain itu COVID-19 juga dapat menyebabkan penggumpalan darah pada pembuluh darah mikro sehingga suplai oksigen ke sel tubuh berkurang.
"Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan asidosis laktat yang dapat memperberat gejala penyakit COVID-19. Dalam pengobatan suatu penyakit termasuk COVID-19, terkadang membutuhkan lebih dari 1 macam obat. Ini diharapkan agar timbul suatu interaksi obat yang menguntungkan," jelasnya kepada Basra, Selasa (13/7).
Dr. dr. Meity Ardiana Sp.JP., (k), FIHA, Sekretaris departemen kardiologi dan kedokteran vaskular FK Unair. Foto: Dok.pribadi
Lebih lanjut Meity mengungkapkan, terkait pemilihan obat yang dikombinasikan memiliki dasar dan mekanisme yang mungkin berbeda. Interaksi pada beberapa obat memang dapat menyebabkan efek seperti peningkatan asidosis laktat, namun hal ini jarang terjadi pada penggunaan jangka pendek atau terutama pada pasien yang fungsi ginjalnya masih baik.
ADVERTISEMENT
Interaksi obat, kata dia, akan selalu menjadi pertimbangan dokter untuk memberikan terapi pada setiap pasiennya dengan menilai mekanisme serta keuntungan dan kerugian efek obat tersebut.
"Insya Allah dokter akan memikirkan yang terbaik untuk pasien. Termasuk kemungkinan terjadi interaksi obat," tegasnya.
Meity juga menghimbau masyarakat sebaiknya tetap mengikuti protokol kesehatan dan anjuran pemerintah melalui organisasi yang sudah ditunjuk seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan yang bukan mengatasnamakan pribadi.
"Seperti yang kita pahami bersama, pandemi ini memiliki efek psikis yang kurang baik bagi kita semua. Menerapkan protokol kesehatan dapat melindungi kita dan memotong rantai penularan COVID-19," tukasnya.