Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Berawal Candaan, Pelajar di Surabaya Dikeroyok Kakak Kelas Hingga Gegar Otak
14 September 2024 6:18 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Seorang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) di Surabaya, ALF (17), menjadi korban pengeroyokan sejumlah kakak kelasnya. Akibat ulah brutal kakak kelasnya itu, ALF harus mengalami gegar otak ringan dan luka di sebagian wajah seperti bibir, mata, serta pelipis. Bahkan ALF mengalami trauma akibat peristiwa itu.
ADVERTISEMENT
"Luka-luka bengkak di wajah memang sudah mulai sembuh, tapi putra saya sampai sekarang masih belum bisa masuk sekolah karena masih sering mengeluh pusing. Putra saya juga masih harus didampingi psikolog untuk menghilangkan traumanya," ujar Yuliana Hutabarat, ibunda korban, kepada Basra, (13/9).
Yuliana mengungkapkan sang putra menjadi korban pengeroyokan kakak kelasnya di dua tempat yang berbeda, yakni rumah salah satu pelaku dan sebuah kampus di kawasan Sidoarjo.
"Ketika kejadian di rumah salah satu pelaku ada 5 orang kakak kelasnya dan 2 teman kelas putra saya. Tapi yang mengeroyok kakak-kakak kelasnya. Bahkan kakak dari salah satu pelaku yakni yang punya rumah sebagai lokasi penganiayaan putra saya turut menjambak putra saya. Memang tidak ikut mengeroyok tapi dia dua kali menjambak putra saya. Ini berdasarkan keterangan dari putra saya sendiri," ungkap Yuliana.
ADVERTISEMENT
Bahkan yang membuat Yuliana miris, ada ucapan salah satu pelaku yang dinilainya cukup sadis.
"Salah satu pelaku itu sempat bilang ke putra saya 'gak popo masio aku mlebu penjara sing penting koen mati (gak papa aku dipenjara yang penting kamu mati)'. Itu kata-kata yang diingat betul putra saya saat terjadi pengeroyokan itu," tutur Yuliana.
Yuliana lantas bercerita jika peristiwa pengeroyokan itu terjadi pada hari Kamis (5/9) pekan lalu. Menurut penuturan sang putra, peristiwa pengeroyokan itu berawal dari guyonannya dengan salah satu teman kelasnya soal logo perguruan silat.
“Awalnya dari bercandaan dengan teman sekelas. Putra saya membalas candaan temannya itu. Nah balasan candaan itu yang jadi permasalahan. Bercanda, putra saya membalas candaan temannya dengan memfoto logo baju (perguruan silat). Fotonya itu lalu dikirim ke teman sekelasnya itu. Sama temannya fotonya lalu dikirim ke kakak kelasnya, dan kakak kelasnya merasa tersinggung. Putra saya dan kakak kelasnya memang bergabung di perguruan silat, tapi beda perguruan," terang Yuliana.
ADVERTISEMENT
Sesudah kejadian guyonan itu, pada Kamis (5/9) sore korban yang pagi harinya tidak masuk sekolah karena sakit diare dijemput oleh dua temannya untuk diajak mengambil paket cash on delivery (COD) knalpot.
"Dijemput sama dua teman satu kelas, salah satunya ya teman yang ngajak bercanda itu. Putra saya sudah menolak ajakan itu karena memang sedang tidak enak badan. Namun tetap dipaksa untuk ikut ambil COD paket knalpot. Akhirnya mereka berangkat," ungkap Yuliana.
Namun bukannya mengambil COD paket knalpot, korban justru diajak ke rumah kakak kelasnya di kawasan Siwalankerto. Di rumah ini ternyata sudah ada sejumlah kakak kelasnya yang menunggu kedatangan ALF di depan teras rumah.
"Kemudian setelah putra saya masuk, pagar rumah ditutup. Awalnya putra saya diminta klarifikasi atas foto yang dikirimnya itu. Putra saya sudah meminta maaf dan berusaha menjelaskan kalau tujuan mengirim foto itu hanya membalas candaan dari teman sekelasnya. Tapi di teras rumah itu putra saya kemudian dikeroyok oleh sejumlah kakak kelasnya yang sudah menunggu kedatangan putra saya," terang Yuliana.
ADVERTISEMENT
Tidak berhenti sampai di situ, korban yang sudah dalam keadaan babak belur kemudian dipaksa naik motor dan diajak ke salah satu kampus di kawasan Waru, Sidoarjo. Di kampus ini, tindak penganiayaan kembali dialami korban.
"Putra saya ditonjok, ditendang, ditonjok lagi,” tukas Yuliana seraya menahan tangis.
Tak terima atas tindakan penganiayaan yang dialami sang putra, Yuliana lantas melaporkan peristiwa tersebut ke Polsek Wonocolo. Yuliana ingin keadilan untuk sang putra.
"Saya nggak mau ada mediasi, pokoknya proses hukum harus tetap jalan," tegas Yuliana.