Konten Media Partner

Berjalan-jalan Nyaman di 'The Walkable City'

21 Oktober 2019 9:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bola beton yang melindungi pejalan kaki dari imbas kecelakaan jalan raya. Dok. Basra
zoom-in-whitePerbesar
Bola beton yang melindungi pejalan kaki dari imbas kecelakaan jalan raya. Dok. Basra
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2010 Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ingin menyediakan jalur pejalan kaki yang aman, lebar, rindang, dan indah untuk warga kota. Sembilan tahun kemudian, Pemerintah Kota Surabaya memenuhi impian tersebut dengan membangun lebih dari 66.678 meter jalur pedestrian yang tersebar di sejumlah kawasan.
ADVERTISEMENT
Bila mengacu pada Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan yang dibuat Kementerian Pekerjaan Umum RI pada 2014, lebar jalur pejalan kaki memang ada hitungan standarnya.
Ruang jalur pejalan kaki harus dihitung sesuai dengan dimensi tubuh manusia saat mereka diam berdiri, berjalan, ataupun saat membawa barang bawaan.
Misalnya saja saat pejalan kaki tersebut berjalan tanpa membawa barang bawaan, maka lebar ruang yang dibutuhkan sekitar 1,08 m2. Sedangkan saat mereka berjalan dengan membawa barang bawaan, ruang yang dibutuhkan antara 1,35 m2 -1,62 m2. Hitungan ini dibuat agar sesama pejalan kaki tidak saling bertubrukan atau merasa sesak di pedestrian.
Begitu juga bila pengguna pedestrian adalah penyandang disabilitas yang perlu sarana khusus. Maka jalur pejalan kaki harus memiliki lebar minimum 1,5 meter dan luas minimum 2,25 m2. Selain itu kelandaian jalan juga harus mudah dikenali pejalan kaki tunanetra dan tidak boleh ada jeruji ataupun lubang terbuka yang membahayakan penyandang disabilitas.
ADVERTISEMENT
Bollard yang terpasang di depan Surabaya Plaza ini untuk menghalangi pengendara R2 naik ke jalur pejalan kaki. Dok. Basra
Bahkan jalur pedestrian yang ramah disabilitas juga tidak boleh licin dan harus dilengkapi tactile paving atau blok pemandu tunanetra mengenali perubahan tekstur trotoar. Termasuk memperhatikan tingkat trotoar agar memudahkan penyandang disabilitas untuk menyeberang jalan.
Jalur pedestrian di Surabaya sebenarnya bukan sekadar untuk menjaga hak pejalan kaki, tapi juga menjadi casing yang cantik untuk jalur saluran air di bawahnya. Deretan box culvert yang terpasang di bawah jalur pedestrian ini menjadi garda terdepan dalam mengantisipasi banjir sekaligus memperkuat badan trotoar.
Menurut Prasetyo Prambayanto, Kasi Penyediaan Prasarana Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya, jalur pedestrian di Surabaya kini makin menarik karena dipasangi bola beton dan bollard warna-warni.
Bola beton berguna untuk mencegah pejalan kaki terkena imbas kecelakaan jalan raya. Sedangkan bollard untuk mencegah pengendara roda dua (R2) naik ke jalur pedestrian. Saat jalanan macet, masih saja ada pengendara R2 yang naik di trotoar jalan.
ADVERTISEMENT
Panjang jalur pejalan kaki di Surabaya yang mencapai 67 kilometer ini menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah sesuai dengan misi dari pembangunan kota Surabaya.
"Surabaya itu didesain untuk kota manusia. Makanya Surabaya banyak ruang publik dan akses pejalan kaki," kata Risma beberapa waktu lalu. (Reporter : Windy Goestiana)