Konten Media Partner

Berkaca dari Kasus Pemerkosaan Anak di Palembang, Pakar Ungkap Hal Penting Ini

12 September 2024 6:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemerkosaan anak. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemerkosaan anak. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
AA (13), siswi SMP di Palembang, Sumatra Selatan, meninggal dunia akibat dibekap dan diperkosa bergantian oleh empat pelaku yang masih di bawah umur yakni IS (16), MZ (13), NS (12) dan AS (12).
ADVERTISEMENT
Kekerasan seksual yang menimpa anak di bawah umur tersebut yang berujung pada kematian oleh pelaku yang juga masih di bawah umur, menjadi hal yang tentu saja tidak bisa dibiarkan. Sri Lestari Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Surabaya mengatakan perlu tindakan secara menyeluruh mulai dari tingkat pendidikan keluarga hingga pada ranah negara, termasuk di dalamnya memperjelas kembali hukum tentang kekerasan seksual terhadap anak.
Sri mengungkapkan, pada tingkat keluarga orang tua perlu memberikan pendidikan seksual sejak dini kepada anak sesuai dengan tahapan perkembangannya.
“Pendidikan seksual pada usia anak dapat dimulai dengan mulai mengenalkan perbedaan anatomi laki-laki dan perempuan, mengajarkan rasa malu jika tidak pakai baju di depan umum, dan segala hal tentang perkembangan tubuh dengan bahasa yang dimengerti anak-anak atau bisa melalui media seperti buku cerita atau boneka,” ujar Tari, dalam keterangannya, seperti dikutip Kamis (12/9).
ADVERTISEMENT
Tari menegaskan, orang tua perlu mulai menghentikan budaya menganggap tabu untuk membicarakan seksualitas. Misalnya, orang tua sebaiknya mulai menghindari mengajarkan sebutan kelamin dengan nama yang benar seperti penis untuk laki-laki dan vulva untuk perempuan. Orang tua juga perlu mendorong anak untuk mau terbuka apabila membicarakan tentang seksualitas.
“Dengan demikian, jika ada kemungkinan buruk anak mengalami kekerasan seksual anak juga akan terbuka dan tidak takut bercerita kepada orang tuanya sehingga kemungkinan karakter anak yang cenderung takut menceritakan karena ancaman pelaku bisa dihindari,” terangnya.
Selanjutnya, ia menegaskan sangat penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak bersikap berani menolak siapa pun yang menyentuh bagian tubuhnya tanpa persetujuannya dan siapa pun yang membuatnya tidak nyaman.
ADVERTISEMENT
“Hal ini karena belakangan pelaku kekerasan seksual justru banyak yang merupakan orang terdekat atau justru keluarga korban,” kata Tari.
Tari menegaskan, jika perlu, anak sebaiknya dibekali kemampuan bela diri yang kelak akan berguna tidak hanya pada kondisi jika terjadi kekerasan seksual namun juga kondisi lain seperti jika anak mendapatkan bullying.