Berkunjung ke Peternakan Susu Sapi Perah Baroka di Surabaya

Konten Media Partner
21 Juni 2019 10:56 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di peternakan susu sapi perah milik Umair Ubaid. Foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di peternakan susu sapi perah milik Umair Ubaid. Foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Jelang libur sekolah, paling asyik jalan-jalan ke peternakan susu sapi perah di Surabaya. Sebenarnya ada beberapa lokasi peternakan sapi perah di kota Pahlawan. Di antaranya ada kawasan Mulyorejo, Wiyung, Sepanjang, Jalan Bendul Merisi Besar Selatan, dan di daerah Platuk.
ADVERTISEMENT
Basra kali ini akan mengajak kamu ke Peternakan Susu Sapi Perah Barokah, yang dikelola oleh Umair Ubaid di kawasan Platuk, Surabaya Utara. Peternakan ini ternyata jadi yang tertua karena sudah ada sejak tahun 1952. Ubaid merupakan generasi keempat yang mengelola peternakan sapi perah di kawasan Platuk tersebut.
Peternakan susu sapi perah Barokah ini masih bertahan, di tengah pemasaran susu sapi modern yang punya varian rasa dan kemasan lebih menarik.
"Peternakan ini awalnya milik kakek buyut, dan turun temurun dilanjutkan kakek saya, berlanjut pada bapak, dan sekarang saya yang menjalankan," ujar Ubaid, saat ditemui Basra, Kamis (20/6).
Dikatakan Ubaid, tak mudah menjalankan usaha sapi perah ini. Peminatnya terus menurun, terlebih kini telah banyak dijumpai susu dalam kemasan saset yang nyatanya lebih digemari terutama di kalangan anak-anak.
ADVERTISEMENT
"Susu kemasan saset kan ada banyak rasa sekarang, mulai cokelat, stroberi, macam-macam pokoknya yang pasti anak-anak sangat suka, karena bisa langsung diminum. Kalau kita kan jual susu murni, kalau ingin tambahan rasa ya harus diolah dulu," tukasnya.
Meski peminatnya terus menurun, namun Ubaid masih terus berupaya untuk mempertahankan keberadaan usaha sapi perahnya. Selain karena telah ada sejak puluhan tahun, usaha ini merupakan amanah dari mendiang kakek buyutnya.
Ubaid memiliki 12 sapi asal Pasuruan yang harus diperah susunya setiap hari. Dalam sehari sapi akan diperah susunya dua kali, yakni menjelang subuh dan menjelang ashar.
"Sapi-sapi itu kalau sehari saja tidak diperah susunya bisa ngamuk, jadi harus rutin diperah setiap hari," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Dari 12 sapi perah tersebut mampu menghasilkan sekitar 30 liter susu murni untuk setiap sesinya. Susu murni tersebut lantas dipasteurisasi atau dipanaskan dengan suhu antara 60-70 derajat celsius selama 30 menit untuk menghilangkan bakteri patogen seperti Salmonella, E-coli, dan Staphylococcus aureus.
Setelah pemanasan selesai, susu sapi murni yang telah dipasteurisasi siap untuk dijual. Ubaid menjual susu murni dengan harga yang berbeda. Kepada pengulak, susu sapi dijual seharga Rp 6.000 per liter. Sedangkan di tingkat pengecer susu murni dijual seharga Rp 10.000 per liter.
Jika dulu Ubaid bisa menjual susu murni hingga keluar kota Surabaya, namun kini hanya pembeli di dalam kota. Itu pun berada di kawasan tempat tinggalnya.
Sampai hari ini, peternakan susu sapi perah milik Ubaid sering menerima kunjungan mahasiswa kedokteran maupun study tour anak-anak. Ubaid pun cukup terbuka akan kunjungan tersebut.
Susu sapi murni dari peternakan sapi perah milik Ubaid di kawasan Platuk Surabaya. Foto : Masruroh/Basra
"Kenapa mesti dilarang berkunjung? Kan mereka bisa dapat ilmu baru. Saya tidak melarang adanya kunjungan asalkan dilakukan tidak pada saat sapi sedang diperah susunya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Saat sapi sedang diperah susunya, sapi harus dalam kondisi rileks dan tidak stres. Oleh sebab itu tak boleh ada banyak orang di sekitarnya.
"Kalau ada banyak orang, sapi bisa stres dan susunya tidak bisa diperah, bisa-bisa ngamuk sapinya," ujarnya.
Untuk makanan, sapi-sapi milik Ubaid tak hanya mengonsumsi rumput tapi juga kulit jagung, roti, maupun tahu. (Reporter : Masruroh/Editor : Windy Goestiana)