Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Berpenghasilan Rp 30 Ribu, Tukang Becak Asal Sampang Ini Bahagia Bisa Naik Haji
16 Juni 2022 12:41 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Bagi Holili Addrae Sae (60 tahun) pergi haji merupakan impian. Untuk mewujudkan impian tersebut, Holili yang berprofesi sebagai tukang becak harus membanting tulang mengumpulkan rupiah.
ADVERTISEMENT
Warga Jalan Permata, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang ini mengaku bahwa bisa naik haji juga menjadi impian istrinya yang bernama Busideh.
Bersama istrinya, Holili mendaftar sebagai calon jemaah haji pada tahun 2011 silam. Namun atas kehendak Allah, dalam masa tunggu haji, sang istri terlebih dahulu tutup usia dan meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Holili mengatakan selain karena memang mendapatkan panggilan dari Allah SWT, keberhasilannya mewujudkan mimpi untuk menunaikan rukun Islam yang ke-5 ke Tanah Suci tahun ini tidak terlepas dari peran almarhumah istrinya.
”Saya hanya bekerja keras memeras keringat mengayuh becak setiap hari, tapi almarhumah istri saya yang begitu telaten menyisihkan sedikit demi sedikit uang sisa dari kebutuhan hidup sehari-hari untuk biaya naik haji,” kata Holili, saat mengenang perjuangannya dan mendiang sang istri untuk bisa naik haji, Kamis (16/6).
ADVERTISEMENT
Tampak sekali guratan kesedihan yang mendalam di wajah Holili saat mengingat perjuangan almarhumah istrinya. Sesekali Holili menyeka air mata yang jatuh dari kelopak matanya sembari terus menceritakan kisah almarhumah yang mengajak, menguatkan, dan meyakinkannya untuk mendaftar haji meski dengan kondisi ekonomi yang serba pas-pasan.
“Penghasilan narik becak per hari hanya Rp 30 sampai 50 ribu, itupun tidak menentu. Selain itu, saya juga bekerja sebagai kuli ikan dengan penghasilan yang tak seberapa. Istri saya rajin menabung mengumpulkan dan dibelikan beberapa gram emas,” kisahnya.
Tiba di satu waktu, Holili dan istrinya mendapatkan rejeki arisan dan memutuskan untuk menjual semua barang-barang yang selama ini telah dikumpulkan untuk biaya pendaftaran haji. Mulanya sempat ragu, namun sang istri kembali menguatkan dan meyakinkannya.
ADVERTISEMENT
“Saya dapat arisan dan istri saya bilang 'Ayo emas ini dijual. Ayo daftar haji, tidak apa dengan niat, insyaAllah siapa tahu Allah mengasihani dan Allah cukupkan,” papar Holili mengenang ucapan mendiang istrinya.
Bermodal keyakinan, kedua pasangan suami istri itu mendaftar haji pada tahun 2011. Namun Allah berkendak lain, istrinya meninggal dunia pada tahun 2019 karena sakit, sebelum ia dihubungi petugas pelunasan haji pada tahun 2020.
“Istri saya meninggal beberapa bulan sebelum penetapan. Tahun 2020 dikonfirmasi berangkat, tapi karena pandemi jadi ditunda, dan alhamdulillah bisa berangkat tahun ini. Meski istri saya sudah meninggal, tapi niat saya tetap haji bersama istri,” ungkapnya.
Sepeninggal istrinya, Holili sempat menawarkan kedua anaknya untuk mengganti porsi haji sang istri, namun keduanya menolak dan Holili memilih mengambil tabungan haji almarhumah untuk dipergunakan sebagai biaya menghajikan mendiang istrinya di Tanah Suci.
ADVERTISEMENT
“Uang tabungannya sampai saat ini masih utuh, saya titipkan agar tidak saya pergunakan. Uang itu untuk haji badal istri saya karena di Tanah Suci harus bayar orang untuk menghajikan. Mohon doa semoga saya dan istri dijadikan haji mabrur,” tukasnya.
Di tengah kebahagiaan yang dirasakan karena bisa berangkat haji tahun, Holili mengaku sempat sedih dan bingung. Pasalnya Holili mengungkapkan tidak memiliki sepeser pun uang untuk bekal ke Tanah Suci jelang keberangkatannya. Bahkan ia tidak bisa untuk turut mendaftar ke Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang ada di Sampang.
“Saya sudah tidak punya tabungan lagi, apalagi buat bekal untuk ikut jadi rombongan KBIH saja tidak mampu membayar,“ terang Holili.
Namun atas izin Allah, salah satu KBIH di Sampang tergerak hatinya dan mengajak Holili bergabung dengan KBIH nya tanpa dipungut biaya apapun.
ADVERTISEMENT
Selama proses persiapan pemberangkatan, Holili mengaku selalu menggunakan becaknya setiap kali mengikuti pelatihan, manasik haji, dan mengurus persiapan lainnya. Karena becak itu satu-satunya kendaraan yang dimiliki.
Holili tergabung dalam kloter 20 Embarkasi Surabaya dan dijadwalkan terbang ke Tanah Suci pada Jumat (17/6) besok siang.