Bertani Bupon, Inovasi Pembelajaran Baru Pascapandemi

Konten Media Partner
2 November 2022 12:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bertani Bupon, Inovasi Pembelajaran Baru Pascapandemi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembelajaran tatap muka pasca pandemi merupakan masa sulit bagi para pendidik. Pasalnya, banyak murid kehilangan antusias belajar hingga kurang bersosialisasi.
ADVERTISEMENT
Keresahan inilah yang melatarbelakangi Nita Mulyani, guru kelas 2 SD Negeri Sukorejo I, Kabupaten Pasuruan, untuk membuat model pembelajaran baru.
“Di kelas pasif, tingkat disiplinnya menurun, tidak peduli dengan temannya bahkan sering ribut. Saya jadi berpikir harus bisa menyajikan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan agar murid punya identitas Profil Pelajar Pancasila,” tutur Nita saat menjadi pembicara Temu Pendidik Nusantara 9 secara daring, Rabu (2/12).
Ia pun kemudian merancang pembelajaran yang dia sebut 'Bertani Bupon' yaitu Bertani Sayur Mayur, Buah-Buahan, dan Empon-Empon.
Nita mengungkapkan, ide tersebut muncul karena lingkungan sekolah yang memang cocok untuk berkebun.
Kegiatan Bertani Bupon diawali dengan mengadakan kesepakatan kegiatan. Melalui kesepakatan ini, Nita memantik jiwa kepemimpinan dari murid. Dia ingin setiap murid memiliki andil dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Setelah menemukan kesepakatan, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok merdeka menentukan koordinatornya. Kemudian barulah tugas menanam dan membuat laporan dilaksanakan.
“Di sini, murid dikembangkan rasa tanggungjawabnya atas tumbuhan yang mereka tanam,” jelasnya.
Untuk meningkatkan kemampuan literasi, murid menuliskan cerita kegiatan sehari-harinya dalam merawat tanaman di sebuah buku. Nantinya, buku tersebut akan diletakkan di perpustakaan sekolah. Sedangkan untuk numerasi, murid mengukur pertumbuhan tanaman secara berkala.
“Jadi di sinilah adanya kegiatan yang menurut saya inovatif, bisa mengembangkan diri murid, meningkatkan rasa tanggung jawab dan gotong royong. Murid lebih kreatif menemukan sumber belajar untuk menemukan ide pemanfaatan lingkungan sekolah,” ungkapnya.
Tak hanya itu, para murid kelas 2 ini juga melakukan kolaborasi dengan kakak kelas yang sedang belajar kewirausahaan. “Kakak kelasnya membantu untuk kegiatan pemasaran. Salah satunya sawi dimasak jadi keripik untuk kemudian dijual di kantin sekolah,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Berkat inovasi pembelajaran ini, Nita mendapatkan apresiasi dari Dharma Wanita hingga dimasukkan ke dalam program Dharma Wanita tingkat kecamatan.
"Jadi murid tidak hanya belajar secara intrakurikuler di dalam kelas namun juga kokurikuler,” tukasnya.