Konten Media Partner

Besok Pemilu Digelar, Ini Tips Agar Anggota KPPS Tak Kelelahan saat Bertugas

13 Februari 2024 13:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orang kelelahan. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang kelelahan. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan menjadi garda terdepan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) pada Rabu (14/2) besok. Pada Pemilu 2019 lalu, sebanyak 894 anggota KPPS meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Hasil analisis Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebut penyebab utama meninggalnya tragedi tersebut adalah riwayat penyakit bawaan dan beratnya beban kerja.
Meskipun kini anggota KPPS telah menunjukkan surat keterangan sehat saat mendaftar, bukan berarti kejadian tersebut tidak akan terulang. Menurut Dosen di Fakultas Kedokteran (FK) Unair Dr Andrianto dr Sp JP SubSp IKKv(K) FIHA FAPSC FESC, surat tersebut tidak banyak menjamin mengingat kebanyakan penyakit bawaan, terutama kardiovaskular bersifat asymptomatic.
“Penyakit-penyakit kardiovaskular sendiri banyak asymptomatic atau tanpa gejala. Itulah yang harus menjadi kewaspadaan,” terang dr Andrianto, seperti dikutip Basra, Selasa (13/2).
Andrianto melanjutkan, seseorang untuk bisa melakukan pekerjaan ekstra harus memiliki kesiapan fisik dan mental. Kesiapan tersebut bermula dari sebelum hingga berakhirnya pelaksanaan tugas anggota KPPS.
ADVERTISEMENT
Andrianto mengingatkan untuk jangan sampai kelelahan sebelum hari pelaksanaan, meskipun persiapannya pun tidaklah ringan. Maka dari itu, perlu manajemen waktu istirahat yang baik, tahu kapan waktu kerja dan kapan waktunya istirahat.
Meskipun istirahat dan beban saat penyelenggaraannya tidak seimbang, anggota KPPS harus bisa menyiasati waktu sedemikian rupa untuk memulihkan tenaga walau sebentar.
“Harus juga mengatur beban agar tidak berlebihan. Pengaturan jam istirahat harus sedemikian rupa sehingga tubuh ada fase untuk recovery,” jelasnya.
Kecukupan gizi juga menjadi penunjang. Andrianto tidak menyarankan dopping, istilah yang masyarakat kenal dengan mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk memperkuat tubuh selama bertugas.
“Tidak perlu dopping. Justru kalau sistem dopping, tubuh tidak dalam keadaan fit, dan teraktivasi berlebihan, nantinya juga akan kontraproduktif,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Ia lantas menyebut jika tubuh akan mengirim sinyal jika sedang tidak fit. Jika sinyal itu mengganggu seperti kecapaian, ngos-ngosan, dan berdebar, maka patut waspada dan segera kunjungi fasilitas kesehatan.
“Semakin cepat kita memanfaatkan waktu, maka jantung kita tidak akan dalam keadaan yang lebih buruk,” tuturnya.
Ketika ada anggota KPPS yang pingsan, Andrianto mengimbau untuk memeriksa terlebih dahulu napas dan denyut nadinya. Jika keduanya terdeteksi, pasien hanya perlu berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala selama 10 hingga 15 menit. Pasien seperti ini harus istirahat dan berlanjut pada pemeriksaan lebih detail di fasilitas kesehatan.
Kondisi tersebut akan berbeda ketika pasien berhenti bernapas dan nadi tidak terdeteksi, terlebih akibat henti jantung. Ia mengungkapkan jika angka harapan hidup dari henti jantung sangat rendah, maka upaya penanganan harus segera terlaksana.
ADVERTISEMENT
“Ketika upaya penyelamatan henti jantung bisa dilakukan dalam 20 menit, 1 dari 5 bisa selamat. Kalau berhubungan dengan kegawatan jantung, pembuluh darah, dan saraf, sangat berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan penanganan,” pungkasnya.