Bisa Picu Mata Merah, Covid Arcturus Menular 1,2 Kali Lebih Cepat

Konten Media Partner
15 April 2023 12:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus. Foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus. Foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Baru-baru ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengumumkan, bahwa varian COVID-19 Arcturus sudah masuk ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Munculnya sub varian Omicron XBB.1.16 disebut sebagai penyebab peningkatkan kasus COVID-19 di India belum lama ini.
Lantas, bagaimana mengenali sub varian Arcturus?
Anggota Satgas COVID-19 Jawa Timur dr Makhyan Jibril mengatakan, jika varian Arcturus merupakan salah satu sub varian dari Omicron. Di mana salah satu kemampuan yakni tingkat penularannya lebih cepat dibandingkan dengan Omicron pada umumnya.
"Penularannya dibandingkan Omicron sebelumnya itu naik 1,2 kali lebih cepat," kata dr Jibril ketika dihubungi Basra, Sabtu (15/4).
Ia menyebut, jika varian ini memang membuat kenaikan kasus di beberapa negara-negara luar, seperti di India.
Meski cepat menular dan meningkatkan jumlah kasus, namun varian Arcturus tidak meningkatkan gejala keparahan.
"Untuk gejala masih sama sebenarnya. Arcturus ini mutasinya di beberapa titik saja. Gejala hampir sama seperti sebelum-sebelumnya. Seperti panas, batuk, pilek, lalu ada juga yang disertai napas agar berat," tuturnya.
ADVERTISEMENT
dr Jibril juga mengungkapkan, salah satu gejala yang meningkat akibat varian Arcturus yaitu mata merah atau konjungtivitis.
"Kalau konjungtivitis atau mata merah dalam kasus ini memang laporannya meningkat, dibandingkan sebelumnya. Gejala ini tergantung virus ini menempel di mana. Kalau di saluran pencernaan, dia bisa diare atau mual. Kalau di mata bisa konjungtivitis atau mata merah. Terus kalau untuk hidung bisa pilek gitu," jelasnya
Ketika ditanya lebih lanjut terkait kasus varian Arcturus di Jawa Timur, dr Jibril menyebut, jika sejauh ini belum ditemukan kasus varian baru ini.
"Sejauh ini belum kita temukan, dari hasil skrining-skrining belum ada. Karena di kita, kalau ada kasus itu pasti dilakukan skrining, dan sampai sekarang belum ada laporannya," tukasnya.
ADVERTISEMENT