Konten Media Partner

Bobby, Mahasiswa ITS yang Bikin 5 Jurnal Ilmiah Internasional dalam Setahun

13 Maret 2020 15:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto : Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Lahir dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, tak menyurutkan niat Bobby Ardiansyamiraja untuk terus meningkatkan prestasi akademiknya hingga ke jenjang perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Bahkan saat ini, mahasiswa yang mendapat beasiswa jalur Bidikmisi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini telah menerbitkan lima paper ilmiah internasional dalam satu tahun terakhir. Dimana dua diantaranya masih dalam tahap menunggu publish.
Bobby bercerita, awal mula tertarik menulis jurnal karena mendapat tawaran dari sang dosen yang bernama Satria Fadil Persada, S.Kom, MBA, Ph.D.
Saat itu sang dosen mengatakan, bila jurnal yang dibuat Bobby berhasil dipublikasi, ia bisa mengambil materi jurnal tersebut untuk dilanjutkan dalam skripsi dan tidak perlu seminar proposal.
Melihat peluang di depan mata, mahasiswa jurusan Manajemen Bisnis ini merasa tertantang untuk mengambil kesempatan itu. Ia pun kerap melakukan penelitian terkait manajemen pendidikan dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Bahkan kini, Bobby telah berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya lewat skripsi berjudul "Generasi Z Dan Pendidikan: Menginvestigasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Pembelajaran Digital Dan Ketaatan Terhadap Aturan Anti Pembajakan" dan akan diwisuda pada 14-15 Maret Mendatang.
"Jadi saya merasa tertantang untuk melakukannya, apalagi dari pihak kampus juga akan memberikan reward jika berhasil publish. Apalagi praktik yang diterapkan dosen saya seperti itu biasanya dilakukan di jenjang S2 dan S3. Ini pertama kalinya di jurusan saya, skripsi mengambil bahan dari jurnal," tutur Bobby ketika ditemui Basra, (11/3).
Tak hanya itu, Bobby mengaku jika salah satu jurnalnya yang berjudul "Understanding the generation Z behavior on D-learning: A Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) approach" juga dipakai seseorang untuk bahan disertasi S3 di salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
"Jadi ada kebanggaan sendiri, karena jurnal saya ada yang menggunakan sebagai bahan disertasinya," kata Bobby.
Ketika ditanya lebih lanjut terkait proses pembuatan jurnal Bobby bercerita, tema yang dia pilih untuk diangkat sebagai jurnal rata-rata tentang fenomena sosial di masyarakat. Kebanyakan, jurnal buatan Bobby mengangkat topik manajemen pendidikan berbasis teknologi, atau sebaliknya.
Sedangkan untuk responden, selain menyebarkan kuesioner Bobby juga pernah melakukan pengolahan data di Twitter. Dimana saat itu ada 1 paper yang berisi unduhan ribuan tweet untuk dianalisis bahasanya.
Setelah proses pembuatan jurnal selesai, Bobby akan mendaftarkan jurnal ilmiah itu ke penerbit. Setelah itu jurnal tersebut akan di screening dan di review oleh penerbit jika topik pembahasannya menarik. Setelah sekitar tiga bulan di review baru ada info apakah jurnal tersebut ditolak atau diterima tapi perlu ada revisi.
ADVERTISEMENT
Supaya jurnalnya bisa dipublikasikan secara internasional, maka jurnal yang diajukan harus lolos peer review (semacam sidang yang dilakukan oleh peneliti lain yang identitasnya di sembunyikan) untuk memastikan bahwa penelitian itu sudah layak dipublikasikan.
Bila berhasil terpublikasi, maka Bobby akan menerima royalti yang terbilang 'wah' dari jurnal-jurnal tersebut.
Peraih IPK 3,65 ini mengatakan, selama pembuatan jurnal penting bagi dirinya untuk menjaga kesehatan dan waktu istirahat.
"Karena kalau stres kan pasti nggak bisa terselesaikan pekerjaan itu. Yang penting pikiran tenang dulu, baru dikerjakan dari yang penting dulu," ungkapnya.
Kini sembari menunggu wisuda, Bobby memanfaatkan waktu luangnya untuk membantu dosen melakukan penelitian, menulis jurnal, hingga membuka jasa penerjemah bagi teman-temannya yang meminta bantuan.
ADVERTISEMENT
Ke depan, Bobby pun berkeinginan melanjutkan pendidikan S2 untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang dosen.
"Karena apa yang saya lakukan ini untuk membuat orang tua saya bangga, dan mengangkat derajat orang tua saya," pungkasnya.