Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Butuh 3.500 Relawan dalam Uji Klinis Fase 3 Vaksin Merah Putih Unair
12 Juni 2022 10:34 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Setelah memasuki tahap uji klinis fase 1 dan dilanjutkan dengan fase 2, tak lama lagi Vaksin Merah Putih hasil penelitian tim Universitas Airlangga (Unair) akan masuk uji klinis fase 3.
ADVERTISEMENT
Rektor Unair, Prof Dr Mohammad Nasih mengatakan, untuk uji klinis fase 3, pihaknya sangat berkomitmen tinggi mematuhi semua mekanisme dan prosedur yang ditetapkan oleh pihak berwewenang.
“Penerbitan PPUK (Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik) sepenuhnya menjadi kewenangan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI) dan Unair menyerahkan sepenuhnya urusan PPUK kepada BPOM. Artinya, Unair siap melaksanakan uji klinis fase 3 kapan pun sesuai ijin dari BPOM,” kata Prof Nasih, Minggu (12/6).
Sama halnya pada fase-fase sebelumnya, vaksin buatan anak negeri yang telah ditunggu oleh jutaan masyarakat Indonesia ini membutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat Indonesia. Pasalnya, kebutuhan relawan untuk menjadi subyek pada fase 3 ini cukup banyak, yakni sekitar 3.500-4.000 relawan.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Prof Nasih menuturkan, peran serta masyarakat, terutama yang belum pernah divaksin untuk menjadi bagian dalam sejarah bangsa Indonesia juga sangat ditunggu. Sehingga, Vaksin Merah Putih Unair ini dapat segera dirasakan manfaatnya bagi bangsa Indonesia.
“Unair berharap dapat memenuhi timeline yang dirancang, agar karya anak bangsa ini bermanfaat secara optimal untuk negara,” tuturnya.
Prof Nasih juga menyampaikan, bahwa proses riset dan pengembangan Vaksin Merah Putih ini sudah bekerja sama dengan berbagai pihak. Termasuk dalam hal pembiayaan untuk fase 3 juga sudah disetujui oleh Kementerian Kesehatan RI.
“Vaksin Merah Putih ini mulai A-Z-nya dikelola dan kemudian di-manage, dikembangkan oleh putra putri Indonesia dan di dalam laboratorium yang ada di Indonesia. Tentu ini menjadi awal yang bagus dan sekali lagi kami sedang menunggu arahan kawan-kawan yang punya otoritas di sini yakni BPOM,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT