Cak Durasim Sang Pahlawan, Melawan Nippon dari Pementasan Ludruk

Konten Media Partner
29 Agustus 2019 10:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Geladi bersih pementasan Cak Durasim Sang Pahlawan. Foto-foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Geladi bersih pementasan Cak Durasim Sang Pahlawan. Foto-foto : Masruroh/Basra
Parikan atau pantun Jawa yang dilontarkan Cak Durasim ini mewakili simbol perlawanan arek-arek Suroboyo zaman penjajahan Jepang. Arti dari kalimat tersebut kira-kira begini, 'Bekupon rumahnya burung dara, ikut Jepang malah sengsara'.
ADVERTISEMENT
Meski Cak Durasim kini telah tiada, tapi kisahnya akan diangkat dalam pementasan 'Cak Durasim Sang Pahlawan' pada Kamis (29/8) malam di gedung Tribuana Tungga Dewi BK3S Jawa Timur, Surabaya.
Pertunjukan ludruk berdurasi 90 menit itu melibatkan total kru 50 orang dari berbagai latar belakang usia yang tergabung dalam kelompok ludruk Irama Budaya. Pertunjukan ludruk ini secara khusus dipersembahkan sebagai tonggak kebangkitan Yayasan Seni Surabaya (YSS) dan ulang tahun ke 43 Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Provinsi Jawa Timur.
Meimura, sang sutradara mengatakan, dipilihnya lakon Cak Durasim dalam pertunjukan ludruk kali ini adalah bermaksud mengambil sisi positif dari heroiknya Cak Durasim dalam menyikapi kehadiran tentara Nippon di Kota Surabaya.
"Kidungan yang digaungkan Cak Durasim kala itu ternyata mampu membangkitkan gairah semangat Arek-arek Suroboyo untuk tidak terlena rayuan Nippon," ujar Meimura kepada Basra, Rabu (28/8).
ADVERTISEMENT
Semangat perjuangan Cak Durasim, kata Meimura, juga dirasa tepat untuk mengingatkan generasi muda saat ini khususnya di Surabaya tidak terlena dengan pengaruh budaya barat yang masuk sebagai dampak kemajuan teknologi informasi yang sulit disaring.
Meimura, Sutradara ludruk Cak Durasim Sang Pahlawan.
"Harapannya keberlangsungan kebudayaan dan kesenian Nusantara mampu dipegang teguh dan terimplementasikan dalam nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara oleh generasi penerus. Jadi generasi muda itu jangan Keminggris (kebarat-baratan)," jelasnya.
Pertunjukan ludruk ini juga sekaligus ingin meluruskan 'sejarah' tentang tewasnya Cak Durasim. Menurut Meimura, kebanyakan warga Kota Surabaya menganggap bahwa Cak Durasim dibunuh tentara Nippon dalam penjara. Padahal Cak Durasim dibunuh tentara Nippon di atas panggung, ketika sedang bermain ludruk.
Sementara itu Ketua Yayasan BK3S Provinsi Jawa Timur Pinky Saptandari menyambut gembira pertunjukan ludruk 'Cak Durasim Sang Pahlawan' ini. Pinky berharap pertunjukan ini juga menjadi tonggak bangkitnya kesenian ludruk yang mulai termarjinalkan di Kota Surabaya.
ADVERTISEMENT
"Semoga pertunjukan ludruk ini dapat menggugah kesadaran masyarakat tentang kesenian ludruk, kesenian khas Kota Surabaya yang harus diselamatkan. Ludruk harus jadi tuan dan nyonya di rumahnya sendiri," tegasnya, saat dijumpai Basra dalam kesempatan yang sama. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)