Cara Bangun Sikap Disiplin Siswa Tanpa Kekerasan saat PJJ dan PTM

Konten Media Partner
28 Februari 2022 15:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cara Bangun Sikap Disiplin Siswa Tanpa Kekerasan saat PJJ dan PTM
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penerapan disiplin saat pembelajaran tatap muka (PTM) dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidaklah jauh berbeda.
ADVERTISEMENT
Keduanya memiliki prinsip yang sama yakni harus menghindari penggunaan kekerasan, baik kekerasan secara fisik maupun psikis.
Guna menghindari hal tersebut, Ketua KGC, Elisabet Indah Susanti menyebutkan ada dua langkah esensial untuk menerapkan disiplin positif.
Pertama, mengubah peraturan menjadi kesepakatan. Berbeda dengan peraturan, kesepakatan melibatkan kedua belah pihak yakni guru dan murid dalam proses perumusannya.
“Pertimbangkan pendapat murid agar kesepakatan tersebut memang merupakan milik bersama. Jika murid belum terbiasa mengemukakan pendapat, guru bisa memancing pertanyaan. Seperti meminta persetujuan pada poin-poin kesepakatan yang disarankan oleh guru,” jelas Susan, Senin (28/2).
Menurutnya, baik guru maupun murid, keduanya memiliki hak untuk menyanggah poin-poin yang sedang dirumuskan. Penolakan terhadap masukan satu sama lain adalah hal yang biasa, namun tentu harus disampaikan dengan bahasa yang baik dan tidak menyakitkan hati.
ADVERTISEMENT
Susan menuturkan, dalam disiplin positif tidak ada hukuman melainkan konsekuensi logis. Melalui konsekuensi logis, murid diajak untuk memahami apa saja kerugian yang ia terima jika melakukan pelanggaran.
Seperti misalnya seorang murid terlambat masuk ke kelas pasca istirahat. Menyuruh murid lari putar lapangan lima kali bukanlah konsekuensi logis.
“Tanyakan terlebih dahulu apa alasannya terlambat masuk ke kelas. Oh, ternyata karena tidak mendengar ada bel masuk. Lalu tanyakan ke murid, kira-kira apa solusinya agar tidak berulang? (Misalnya murid mengatakan) harus istirahat di tempat yang dekat dengan bel. Selain itu mungkin guru bisa mengajak murid lain untuk saling mengingatkan ketika susah bel,” jelas Susan.
Selain itu, mendorong murid untuk memperbaiki keadaan, juga merupakan bagian dari konsekuensi logis. Misalnya ketika murid menumpahkan air maka diminta untuk mengepel dengan mempertimbangkan umur murid adalah tindakan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Namun tentu dengan pembahasan bahwa lantai basah yang tidak segera dipel bisa menyebabkan orang terpeleset.
“Intinya konsekuensi logis itu merespon kesalahan atau pelanggaran murid namun dengan prinsip berhubungan, menghargai, beralasan, dan membantu. Anak bukan dipaksa melainkan diajak untuk memahami. Baik saat PTM maupun PJJ, kedisiplinan murid bisa dibentuk melalui cara ini” pungkas Susan.