Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten Media Partner
Cara Pelajar SD di Surabaya Protes Pencemaran Sungai: Gunakan Kostum Duyung
17 Februari 2020 18:11 WIB
ADVERTISEMENT
Kita tahu sosok putri duyung tidak benar-benar ada. Tapi pada Senin sore (17/2) ada empat 'anak duyung' yang ditemukan sedang duduk di Sungai Kalimas yang sedang surut, dekat Monumen Kapal Selam Surabaya.
ADVERTISEMENT
Tentu keempat anak duyung itu bukan sungguhan. Mereka adalah empat pelajar SD yang sedang melakukan aksi protes terkait pencemaran sungai di Surabaya.
Keempat pelajar yang memerankan anak duyung ini adalah Aeshnina Azzahra Aqilani, Ameera Cetta Lentera, Angela Az Zahra, dan Michaela Nadine Astagina Nugrahani.
Sambil membawa poster berisi ajakan untuk tidak membuang sampah di sungai, keempat anak duyung ini tampak marah, kecewa, dan terdiam.
Kegiatan yang diberi nama "Deklarasi Empat Anak Duyung Tolak Sampah Plastik" ini sengaja dilakukan Nina -sapaan Aeshnina- untuk mengingatkan warga tentang dampak buruk pencemaran sungai.
"Untuk itu kami berdandan seperti ini (ikan duyung), agar manusia itu sadar, kalau mencemari lingkungan itu tidak hanya merugikan mereka, tapi juga makhluk hidup lain. Salah satunya adalah ikan," ucap Nina ketika ditemui Basra di tengah aksinya, Senin (17/2).
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Nina juga mengungkapkan jika sungai telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Untuk itu, ia ingin mengajak masyarakat agar tidak lagi membuang sampah di sungai, hingga mendirikan bangunan permanen di sekitar bantaran sungai.
"Mari kita sama-sama mempelihara sungai. Karena ikan-ikan yang hidup di sungai butuh rumah yang bersih dan nyaman," jelasnya.
Dengan adanya kegiatan ini, Nina berharap agar pemerintah bisa mengawasi dan memberikan fasilitas bagi warga yang tinggal di sekitar sungai.
"Paling tidak mengingatkan mereka agar tidak mendirikan pemukiman di sana (sungai), atau memberikan mereka tempat sampah agar tidak membuang sampah sembarangan lagi," pungkasnya.
Seminggu sebelum aksi anak duyung ini, Nina dan teman-temannya sempat melakukan susur sungai surabaya dan menemukan 60 tumpukan sampah dari wilayah Warugunung hingga Kebraon.
ADVERTISEMENT
Nina dan teman-temannya memang pantas untuk kecewa. Ini karena Sungai Brantas atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kali Brantas, merupakan sungai terpanjang di Jatim. Kali Brantas menurut laporan organisasi lingkungan Ecoton sudah sangat tercemar oleh bahan organik, logam berat, dan mikroplastik berukuran kurang dari 5 mm.
Parahnya, mikroplastik dapat dicerna oleh hewan air dan bisa menimbulkan masalah kesehatan maupun masalah keamanan pangan.
Pada April 2019 Ecoton merilis bioakumulasi logam berat yang terdapat pada daging ikan di Kali Surabaya (anak dari Sungai Brantas). Logam berat yang terkandung di dalam ikan-ikan tersebut di antaranya merkuri (Hg), cadmium (Cd), dan timbal (Pb).
Jumlah konsentrasi logam berat memang di bawah 0,243 mg/kg yang berarti daging ikan masih aman dikonsumsi. Tetapi yang perlu menjadi perhatian bahwa terdeteksinya logam berat pada hulu Kali Surabaya menjadi indikasi bahwa semakin ke hilir kemungkinan besar konsentrasinya semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Terbukti, menurut Laporan Indeks Kualitas Pengelolaan Lingkungan Hidup (IKPLH) tahun 2016 menunjukkan, kualitas air Kali Brantas dalam kategori waspada dan dalam bakumutu kelas 3. Padahal, Kali Brantas merupakan bahan baku bagi 5 perusahaan daerah air minum (PDAM) untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Jatim. Untuk bisa dijadikan bahan baku air minum maka mutu kualitas harus kelas 1.
Dengan mutu air kelas 3, artinya air tersebut hanya bisa dipakai untuk budidaya ikan, irigasi, dan kegiatan lainnya yang peruntukannya sesuai dengan kelas air tersebut. Berdasarkan regulasi tersebut, maka pemanfaatan Kali Brantas sebagai bahan baku PDAM tidak layak.