Konten Media Partner

Cerita Aksi Spontan 'Beach Clean Up' Nara, Anja, dan Mika di Bali

22 Januari 2020 6:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sampah-sampah yang dikumpulkan Nara, Anja, dan Mika di sebuah pantai di Bali saat berlibur akhir tahun 2019. Dok. Harini Riana
zoom-in-whitePerbesar
Sampah-sampah yang dikumpulkan Nara, Anja, dan Mika di sebuah pantai di Bali saat berlibur akhir tahun 2019. Dok. Harini Riana
ADVERTISEMENT
Redaksi Basra baru-baru ini menerima surat tentang tiga anak yang melakukan bersih-bersih pantai saat liburan di Bali akhir tahun lalu. Ketiga anak yang ternyata masih sepupu itu bernama Nara, Anja, dan Mika. Cerita liburan yang seharusnya diwarnai kegembiraan justru menjadi aksi spontan bersih-bersih pantai. Yuk! kita baca surat dari Harini Riana, Ibunda Anja berikut ini.
ADVERTISEMENT
Pada liburan sekolah di akhir tahun 2019 Nara (9 tahun), Anja (5 tahun), Mika (5 tahun) merasa senang sekali bisa menginap di sebuah hotel pinggir pantai di Bali. Mereka bertiga senang karena bisa menghabiskan waktu bermain di pantai.
Tapi sayang, rasa senang mereka sedikit surut ketika mereka menyadari betapa banyaknya sampah plastik yang bertebaran di pantai.
Pada pagi pertama saat mereka hendak bermain di pinggir pantai, Nara terlihat berlari kesana kemari. Ternyata Nara sedang sibuk mengumpulkan botol dan kantong plastik yang mengapung dekat tempat mereka bermain.
Adik-adik Nara yang bernama Anja dan Mika pun membantu membuang sampah plastik tersebut ke tong sampah.
Nara dan Anja membuang sampah plastik yang telah pungut ke tempat sampah hotel.
Sore harinya, ketika mereka hendak berjalan-jalan menikmati pantai, mereka lagi-lagi melihat sampah plastik bertebaran di pantai.
ADVERTISEMENT
Saat air laut surut, daratan pantai jadi lebih luas dan terlihat banyak sekali sampah. Mulai dari botol kemasan minuman, kantong plastik, sandal yang hanya satu, potongan gabus, dan lainnya.
Kali ini Nara diikuti oleh adik- adiknya mengumpulkan sampah tersebut dan membuangnya di tong sampah di dalam lingkungan hotel. Begitu juga keesokan harinya. Sebelum masuk ke laut, ketiga sepupu ini melihat apa ada sampah yang bisa dipungut dan dibuang di tong sampah.
Ketika ditanya oleh keluarga, mengapa mereka peduli, mengapa mereka melakukan bersih-bersih sampah tanpa ada yang menyuruh, Nara pun menjawab, “Untuk melindungi ikan dan kura-kura yang hidup di laut.”
Dengan nada sedih dan terheran Nara pun bertanya lagi, "Tapi kenapa orang-orang membuang sampah ke laut?"
ADVERTISEMENT
Akhirnya saya dan ibu Nara mengajak mereka untuk berdiskusi. "Sayangnya memang ada banyak orang yang tidak mengerti bahwa tindakan membuang sampah sembarangan itu merusak alam," kata kami.
Kami pun berterima kasih karena Nara, Anja, dan Mika sudah berinisiatif memungut sampah di pantai. Meski Nara bilang kalau upaya yang mereka lakukan belum cukup, tapi kami tetap mengapresiasi karena setiap langkah kecil itu tetap berarti.
Sekecil apapun tindakan mereka, itu menunjukkan kepekaan dan kepedulian yang besar terhadap lingkungan hidup. Dan itu adalah hal yang sangat baik.
Lalu kami bercerita tentang komunitas-komunitas peduli lingkungan yang ada. Biasanya komunitas itu dimulai oleh satu atau dua orang yang peduli. Lalu orang melihat dan belajar dari mereka.
ADVERTISEMENT
Lama kelamaan dengan saling menjelaskan, semakin banyak yang mengikuti untuk peduli lingkungan. Dari situ akan terbentuk kebiasaan baik untuk melestarikan alam.
Nara bertanya, apa yang bisa dilakukan oleh anak-anak seusia dia dan adik-adiknya. Kami berpikir bersama dan tiga hal yang bisa kami sarankan (selain selalu membuang sampah di tempatnya). Ketiga hal itu adalah :
ADVERTISEMENT