Cerita Duta Batik Jawa Timur dan Tantangan Promosi Batik di Kalangan Muda

Konten Media Partner
15 Maret 2022 11:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Imam Miftakul Fauji.
zoom-in-whitePerbesar
Imam Miftakul Fauji.
ADVERTISEMENT
Batik merupakan salah satu warisan nusantara asli Indonesia dan telah diakui oleh dunia. Maka tak heran, jika saat ini banyak generasi muda yang mulai melestarikan kain batik.
ADVERTISEMENT
Salah satunya yakni Imam Miftakul Fauji. Bahkan baru-baru ini, mahasiswa yang akrab disapa Imam baru saja terpilih menjadi Wakil I Duta Batik Jawa Timur dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengrajin Batik Jawa Timur bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Surabaya.
“Bersyukur sekali bisa diamanahi menjadi Wakil I Duta Batik Jawa Timur, dan ini menjadi tantangan bagi diri saya sendiri untuk bisa merepresentasikan dan merubah mindset tentang batik di kalangan anak muda zaman sekarang,” kata Imam, Selasa (15/3).
Imam mengungkapkan, bahwa saat ini batik di Jawa Timur sangat beragam dan sudah mulai banyak pengembangan di kreasi motifnya. Seperti halnya di Lamongan kota kelahirannya, ia mengatakan bahwa ada beberapa motif seperti bandeng lele, singomengkok, paduraksa dan bunga tanjung yang mulai diinovasikan para pengrajin batik.
ADVERTISEMENT
“Dari keempat motif batik asal Lamongan itu, motif singomengkok termasuk dalam batik heritage karena erat dengan budaya islami zaman Sunan Drajat dan merupakan sarana penyiaran agama Islam,” jelas YakYuk Lamongan 2017 ini.
Ilustrasi kain batik.
Menurutnya, pengembangan pada motif batik tidak menjadi masalah selagi tidak menghilangkan esensi batik didalamnya.
“Maksudnya adalah proses pembuatannya tidak keluar dari kaidah batik yaitu tetap menggunakan canting malam pada proses pembuatannya,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Imam juga menceritakan persiapan yang ia lakukan untuk membekali dirinya pada ajang pemilihan Duta Batik Jawa Timur. Dimana ia terlebih dulu harus belajar membatik langsung ke pengrajinnya.
“Saya belajar membatik langsung ke pengrajinnya, yaitu di Wongso Adi yang ada di Kota Lamongan,” ujar mahasiswa DKV Undika ini.
ADVERTISEMENT
Saat proses belajar tersebut, Imam memepelajari Beberapa hal seperti pengenalan bahan-bahan kain batik, pengenalan motif, proses pembuatan desain, hingga proses mencanting batik sampai selesai.
“Selain itu saya juga banyak membaca buku-buku tentang batik dan mempersiapkan diri sengan belajar public speaking yang baik dan benar,” tuturnya.
Setelah terpilih menjadi Wakil I Duta Batik Jawa Timur, ke depan Imam berharap, batik yang ada saat ini bisa divariasikan dalam pengaplikasian barang selain kemeja yaitu seperti tas, sepatu hingga masker dan lain sebagainya.
Bahkan ia juga akan gencar melakukan kampanye dan promosi batik dengan memanfaatkan media sosial yang ia miliki. “Saya juga ingin memotivasi teman-teman yang lain untuk terus mau menggali passionnya baik di bidang akademik maupun non akademik,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT