Cerita Gaby, Lulus Cumlaude dari UK Petra Surabaya dan Saxion University

Konten Media Partner
25 Juli 2020 15:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Gabriela Clara. Foto-foto: Dok.pribadi
Menjadi salah satu lulusan terbaik dengan predikat cumlaude di Universitas Kristen Petra memang sudah menjadi target Gabriela Clara sejak awal menempuh pendidikan di Program Studi International Business Management (IBM).
ADVERTISEMENT
Namun, satu hal yang tak pernah ia duga, Gaby lulus dengan gelar ganda (dua) yaitu Sarjana Manajemen (S.M.) dari UK Petra dan Bachelor of Business Administration (B.BA) dari Saxion University, Belanda.
Gaby bercerita, kesempatan yang ia dapat itu tidak datang tiba-tiba. Ia harus melalui berbagai proses untuk mendapatkan beasiswa pendidikan di Belanda.
Agar dapat mengikuti program Double Degree, Gaby harus mengikuti ujian IELTS dengan score minimal 7 dan berhasil meraih IPK 3,89 selama ia kuliah di UK Petra.
“Puji Tuhan prestasi yang membanggakan ini menjadi modal unik saya untuk mencari kerja dan mengabadikan diri di Indonesia," ungkap Gaby, Sabtu (25/7).
Pada Agustus 2019, Gaby bersama ketujuh mahasiswa prodi IBM UK Petra angkatan 2016 berangkat ke negeri kincir angin tersebut untuk menempuh pendidikan. Di sana mereka menjalani perkuliahan, skripsi, sekaligus magang di beberapa perusahaan.
ADVERTISEMENT
Gaby bersama tujuh mahasiswa yang mengikuti program double degree UK Petra.
Hidup jauh dari sanak keluarga dan dosen, membuat mereka semakin kompak. Tinggal di lingkungan baru dengan beberapa keterbatasan membuat Gaby dan teman-teman harus belajar mandiri, tak pantang menyerah dan saling menyemangati satu sama lain.
Salah satunya adalah saat harus melamar ke puluhan bahkan ratusan perusahaan untuk mencari tempat magang di Belanda.
"Saya dan teman-teman memutuskan magang di Amsterdam, jadi harus keluar dari student housing yang sudah disediakan. Kami belajar membiayai kebutuhan hidup seperti air, listrik dan benar-benar merasakan hidup sendiri yang mungkin gak akan kita dapatkan jika tinggal di Indonesia atau deket bersama orang tua," cerita Gaby.
Gaby juga menuturkan, budaya sekolah di Belanda jauh berbeda dengan Indonesia. Dimana dosen di Belanda lebih cuek dengan mahasiswa. Sehingga para mahasiswa harus pintar mengatur waktu.
ADVERTISEMENT
"Karena di Belanda lebih menunjang personal development dan tidak terlalu fokus ke 'nilai' atau hasil akhir. Lebih banyak kesempatan untuk belajar team building, discussion process dan soft skills lainnya," kata mahasiswa yang juga pernah merasakan student exchange di Taiwan ini.
Gaby pun berbagi tips kepada mahasiswa lain yang ingin mendapatkan beasiswa internasional. Menurutnya, keluar dari zona nyaman adalah salah satu kuncinya.
"Berani keluar dari zona nyaman. Perjalanannya mungkin akan menantang, tetapi pelajaran dan pengalaman yang didapat sangatlah berharga. Rajinlah bertanya dan membangun koneksi juga sangat penting. Karena di luar negeri ada banyak organisasi siswa Indonesia yang siap membantu, memberikan informasi, dan menjadi kawan kalau kita ingin maju," pungkasnya.