Konten Media Partner

Cerita Mahasiswa Asal Surabaya Belajar Mitigasi Bencana di Jepang

30 Juli 2024 10:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Humas Unair
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Humas Unair
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kembali mengukir prestasi di kancah internasional dengan menjadi delegasi pada program pertukaran pelajar. Program tersebut diadakan oleh Japanese Red Cross Kyushu International College of Nursing (JRCKIN) bekerja sama dengan Unair dan La Source University, Switzerland.
ADVERTISEMENT
Dalam kegiatan pertukaran pelajar tersebut, FKp Unair mengirimkan tiga delegasi yang terdiri satu dosen dan dua mahasiswa. Mereka adalah Ninuk Dian Kurniawati, Annita Istifadhah, dan Sandrina Indah Paraswati.
Salah satu delegasi, Sandrina menjelaskan bahwa program itu bertujuan untuk mempelajari humanitarian crisis & disaster management atau penanganan krisis kemanusiaan dan mitigasi bencana.
Sandrina menceritakan bahwa motivasi utama untuk mengikuti kegiatan tersebut adalah kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana, khususnya untuk bidang keperawatan.
“Jepang sudah memiliki sistem mitigasi bencana yang sangat terorganisir. Dengan adanya kesamaan geografis dengan Indonesia yang berada di ring of fire membuat kami terdorong untuk mendalami bagaimana Jepang melakukan manajemen bencana,” ujarnya, Selasa (30/7).
Selain itu, Sandrina mengaku proses yang ia lalui untuk mengikuti program ini tidak mudah karena proses seleksi yang ketat. Setelah lolos seleksi pun ia mendapat tantangan untuk memastikan persyaratan administrasi terpenuhi, mempersiapkan mental dan fisik untuk tinggal di luar negeri, serta menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya dan bahasa setempat. Namun, semangatnya yang tinggi berhasil membawanya melewati semua tantangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selama program berlangsung, Sandrina mendapatkan banyak pengetahuan baru dan pengalaman berharga. Ia mengikuti serangkaian kegiatan dari JRCKIN seperti orientasi kampus, kuliah, dan diskusi kelompok.
Selain itu, ia juga mengikuti beragam simulasi, seperti simulasi Basic Life Support (BCLS), simulasi perawatan lanjut usia, kunjungan ke Fukuoka Red Cross Hospital (FRCH), dan Fukuoka Citizens Disaster Management Prevention Center.
“Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah kunjungannya ke Fukuoka Red Cross Hospital. Di sana kami belajar tentang cara melakukan mitigasi dan evakuasi jika terjadi bencana di rumah sakit, serta penggunaan peralatan khusus bencana,” jelas Sandrina.
Selain belajar tentang mitigasi, Sandrina kemudian memperkenalkan budaya Indonesia, termasuk pakaian tradisional, tari, dan gamelan. Ia juga belajar tentang budaya Jepang melalui tari EISA dari Okinawa, penulisan kanji, dan permainan tradisional.
ADVERTISEMENT
“Pertukaran budaya ini tidak hanya memperkaya pemahaman antar bangsa, tetapi juga mempererat hubungan antar mahasiswa internasional,” ungkapnya.
Setelah menyelesaikan program ini, Sandrina berharap dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang ia peroleh dalam bidang keperawatan dan manajemen bencana di Indonesia. Ia merasa pengalaman tersebut telah meningkatkan kemampuannya dalam mitigasi dan respons bencana, serta memperluas jaringan profesional internasionalnya.
“Kami berencana untuk terus berkontribusi dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap mitigasi bencana. Kami juga akan berbagi ilmu kesiapsiagaan bencana kepada rekan-rekan sejawat guna memperkuat sistem manajemen bencana di Indonesia,” pungkasnya.