Cerita Penjual Kerupuk Asal Pasuruan Menabung Rp 5 Ribu Tiap Hari Demi Naik Haji

Konten Media Partner
24 Mei 2024 6:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nur Hasanah.
zoom-in-whitePerbesar
Nur Hasanah.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang jemaah haji perempuan dengan tertatih-tatih berjalan menuju Masjid Al Mabrur di kompleks Asrama Haji Sukolilo Surabaya, untuk menunaikan kewajiban salat. Sosok tersebut adalah Nur Hasanah (49), jemaah haji kloter 43 asal Probolinggo, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Nur Hasanah menceritakan ia mengalami cidera di kaki karena syaraf terjepit sehingga dia hanya bisa berjalan pelan dan agak pincang.
“Saya disarankan dokter untuk melakukan operasi tetapi saya menolak karena mau berangkat haji. Kalau sudah pulang nanti, saya konsultasikan lagi,” tutur ibu dari 3 anak ini.
Nur menjelaskan sehari-hari dia berjualan kerupuk di Pasar Wonoasih, Probolinggo.
“Saya berjualan kerupuk renteng di pasar mulai jam 3 dini hari sampai jam setengah 10 pagi. Ya tergantung ramai atau tidaknya. Kalau sepi, jam 9 saya pulang,” ungkapnya.
Sebagai pedagang, dia mengaku pendapatannya tidak tentu. “Namanya juga jualan, terkadang sepi terkadang ramai,” akunya.
Ia mengaku menggoreng dan mengemas kerupuknya sendiri. “Alhamdulillah sekarang saya bisa mempekerjakan orang untuk membantu saya menggoreng dan membungkus kerupuk. Kalau kerupuk mentahnya, saya mengambil dari Sidoarjo,” jelasnya.
Nur Hasanah tak menyangka jika seorang penjual kerupuk seperti dirinya bisa mendapat panggilan untuk berangkat haji.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah barokah, sambil dibantu suami saya bertani saat itu. Kalau sekarang suami sudah tidak kerja lagi karena sakit stroke,” jelasnya.
Meskipun jalan harus dituntun, Nur mengaku Hasanah sudah siap lahir batin berangkat haji.
“Yah kondisi saya seperti ini, susah jalan. Suami saya juga sudah 3 tahun ini sakit stroke tetapi Alhamdulillah kami bisa berangkat.” ucapnya penuh syukur.
Nur mengenang awal mula dia mendaftar haji pada 2011.
“Saya dan suami, Pak Kholili, dari dulu ingin mendaftar haji tetapi uang kami saat itu belum mencukupi,” kisahnya.
Kebetulan saat itu ada BMT Syariah yang menawarkan dana talangan haji.
“Saat itu, saya punya uang sebelas juta rupiah, kurang 14 juta, saya pun pinjam ke BMT. Dalam waktu satu tahun, saya bisa melunasi hutang saya di BMT,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sambil menunggu masa keberangkatannya, Nur rutin menabung di BMT.
“Setiap hari saya menabung kadang 5 ribu rupiah, kadang 10 ribu rupiah. Tiap hari Jumat libur (nabung). Ketika nabung pada hari Sabtu, saya nabung untuk jatah dua hari,” jelasnya.
Nur Hasanah dan sang suami seharusnya tahun ini berangkat bertiga bersama ibunda. Namun takdir berkata lain, sang ibunda telah mendahului menghadap Ilahi.
Di tanah suci Nur ingin memanjatkan doa terbaiknya untuk ibunda tercinta serta untuk anak-anak beserta keluarga di tanah air. Dia juga ingin memanjatkan doa untuk kesembuhan sakitnya dan suaminya. “Semoga diijabah Allah SWT,” harapnya.