Konten Media Partner

Cerita Perawat Pasien Corona: Saling Menguatkan dan Jadi Teman Curhat Pasien

18 April 2020 14:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perawat di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS Unair) Surabaya yang masuk tim penanganan corona.
zoom-in-whitePerbesar
Perawat di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS Unair) Surabaya yang masuk tim penanganan corona.
ADVERTISEMENT
Menjadi petugas di garda terdepan untuk melawan COVID-19, tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Rasa cemas dan khawatir akan penularan virus itupun kerap dirasakan para tenaga medis yang berjuang merawat pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ini juga yang dirasakan Nissa Aruming Sila, salah satu perawat di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS Unair) Surabaya yang masuk tim penanganan Corona. Nissa bercerita, saat dirinya terpilih bersama 100 orang sebagai perawat pasien Corona, ia mengaku cemas dan gelisah.
"Di awal-awal saya harus menguatkan diri sendiri. Saya gelisah, sama seperti yang lain saya juga cemas saat dikasih tahu (masuk dalam tim). Tapi kemudian kita diingatkan niat awal kita menjalani profesi ini. Kerja untuk ibadah, menolong sesama," ucap Nissa pada Basra, Sabtu (18/4).
Nissa Aruming Sila. Foto-foto : Amanah Nur Asiah/Basra
Sesaat setelah mengetahui namanya masuk dalam tim penanganan pasien Corona, Nissa pun meminta izin pada pasangan dan orang tua. "Mereka mendukung saya. Merekalah yang membuat saya jadi semangat. Tim di rumah sakit juga saling menyemangati, jadi kita bangkit sama-sama," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan utama Nissa adalah mengecek suhu tubuh pasien secara rutin, melakukan serangkaian tes harian, serta memastikan pasien makan dan minum obat teratur.
Selama satu bulan lebih merawat pasien COVID-19, tentu banyak suka duka yang telah dilalui Nissa dan teman-teman seperjuangannya.
Nissa sadar, rasa gerah dan lelah saat memakai hazmat selama delapan jam tak ada artinya dengan rasa sakit dan kesedihan yang dialami pasien. Nissa mengatakan, tak sedikit pasien COVID-19 mengalami depresi mendalam saat dirawat. Ada juga di antara pasien yang Nissa rawat melampiaskannya dengan membuang baju-bajunya.
"Pasien ini mikirnya tentang kematian terus. Jadi kita harus menenangkan mereka, kita dengarkan cerita mereka biar lega, kita ajak senam untuk meningkatkan imun," terangnya.
ADVERTISEMENT
Dalam sehari, Nissa dan rekan medis lainnya bekerja selama 8 jam sehari. Pembagian shiftnya ada tiga, tim pagi bertugas jam 7.00 - 14.00 WIB, tim siang bertugas antara jam 14.00 - 21.00 WIB, sedangkan tim malam bertugas di jam 21.00 - 07.00 WIB.
Sebelum pulang ke rumah, Nissa akan mandi dan keramas sebersih mungkin, begitu juga saat dia sampai di rumah. Selama bertugas menjadi perawat pasien COVID-19, Nissa mendapat jatah 6 hari kerja dan 2 hari libur.
"Setelah dinas 2 minggu, kami akan diperiksa swab untuk memastikan kami tidak terinfeksi Corona," kata Nissa yang juga menjadi Kepala Ruangan Lantai 3.
Nissa menyadari, keberadaannya dan tenaga medis lain bagaikan harapan kesembuhan untuk pasien COVID-19. Namun Nissa juga mengaku sedih karena adanya stigma negatif di masyarakat yang akhirnya mendiskriminasi para tenaga medis.
ADVERTISEMENT
"Kami tahu bagaimana caranya biar tidak menularkan ke yang lain. Jangan lagi ada stigma negatif dari masyarakat ketika kita pulang. Kita harus saling mendukung untuk melawan pandemi ini," harap Nissa.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!