Konten Media Partner

Cerita Putri Cilik Indonesia Gandeng Anak Disabilitas Luncurkan Batik Ecoprint

16 Oktober 2024 7:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marcha Sharapova Rusli (tengah) menunjukkan batik ecoprint buatan anak disabilitas yang dirancangnya menjadi busana kekinian. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Marcha Sharapova Rusli (tengah) menunjukkan batik ecoprint buatan anak disabilitas yang dirancangnya menjadi busana kekinian. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Usianya masih terbilang muda, 17 tahun, namun kepeduliannya terhadap sesama mengundang decak kagum. Dia adalah Marcha Sharapova Rusli. Menggandeng anak-anak disabilitas, Putri Cilik Indonesia 2019 ini meluncurkan produk busana fesyen batik berkelanjutan berlabel "Dear Earth".
ADVERTISEMENT
"Proyek ini berfokus pada penggabungan seni dan pelestarian lingkungan untuk menemukan solusi kreatif dan berdampak terhadap tantangan lingkungan, sambil memberikan manfaat bagi komunitas yang kurang mampu, terutama anak-anak berkebutuhan khusus atau difabel," ungkap pelajar kelas 12 SMA Cita Hati Surabaya ini, kepada Basra, belum lama ini.
Marcha menuturkan, produk busana batik yang diluncurkannya menggunakan metode ecoprint atau teknik pewarnaan alami yang menggunakan bahan-bahan dari alam seperti dedaunan, untuk menciptakan pola dan warna pada kain.
Batik ecoprint tersebut merupakan buatan siswa berkebutuhan khusus Sekolah Luar Biasa (SLB) Insani Tunas Mandiri Sidoarjo.
"Jadi teman-teman dari SLB Insani Tunas Mandiri saya kenalkan metode ecoprint, kemudian hasil karya mereka saya desain jadi produk fashion seperti dress, topi, dan aksesoris," ujar Marcha.
ADVERTISEMENT
Marcha melanjutkan, awalnya ia memberikan workshop batik ecoprint kepada anak-anak disabilitas tersebut. Kini membuat batik ecoprint telah menjadi ekstrakurikuler di SLB Insani Tunas Mandiri karena tingginya antusiasme siswa di sekolah tersebut.
“Saya sempat bertemu dengan pihak sekolah, berdiskusi supaya anak-anak ini punya peluang dalam belajar lingkungan dan budaya. Jadi memilih ecoprint batik karena praktiknya tidak susah,” jelasnya.
Marcha mendesain busana dan menjual produk hasil karya siswa berkebutuhan khusus tersebut mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu.
“Rencana semua keuntungan aku kasih ke mereka (Sekolah Insani Tunas Mandiri) lebih ke memberikan kebutuhan infrastruktur," tukasnya.
Dijumpai dalam kesempatan yang sama, Kepala Sekolah Insani Tunas Mandiri Sidoarjo Tety Agustina menjelaskan, pembuatan ecoprint batik melibatkan sekitar 20 anak dari lebih 60 siswa di sekolahnya.
ADVERTISEMENT
"Hampir 20 anak tuna rungu dan grahita yang terlibat dalam proyek itu. Siswa dari kelas yang agak besar, kalau terlalu kecil masih belum mampu (bikin batik ecoprint)," katanya.
Tety bersyukur bisa diberi kesempatan terlibat dalam proyek yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswanya ini.
"Semoga melalui kegiatan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, baik sekolah, murid maupun Marcha sendiri," tandasnya.