Konten Media Partner

Cerita Remaja Perempuan di Surabaya yang Ikut Gangster sejak SD

7 Februari 2020 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pelajar oleh Igor Ovsyannykov dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelajar oleh Igor Ovsyannykov dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Siapa bilang anggota gangster di Surabaya hanya anak laki-laki? Basra berhasil menemui remaja 14 tahun berinisial ASR yang sejak SD sudah ikut-ikutan gangster. Saat mengetahui sang ibu sakit, ASR pun sudah dua bulan ini vakum dari pergaulan gangsternya.
ADVERTISEMENT
Remaja yang berdomisili di kawasan Surabaya Barat ini sempat bergabung dengan kelompok gangster yang kini tengah meresahkan masyarakat.
"Dulu waktu SD kelas 6 pernah ikut (kelompok gangster), diajak teman," kisah ASR saat ditemui Basra, Jumat (7/2).
Bungsu dari dua bersaudara ini menuturkan, ia dulu bergabung dengan kelompok gangster melalui grup di media sosial Facebook. Teman Facebooknya juga yang mengenalkan ASR dengan kelompok tersebut.
ASR merasa senang bisa bergabung dengan kelompok gangster. Menurut ASR, teman-temannya di kelompok tersebut sangat peduli terhadap dirinya yang kerap menjadi sasaran amarah sang ayah.
"Kalau saya habis dimarahi bapak kan curhat ke mereka, terus sama mereka diajak jalan-jalan, makan-makan," kisah ASR.
Merasa nyaman, ASR pun kerap terlibat dalam kegiatan kelompok tersebut. ASR bersama teman-temannya pernah melakukan tindak pencurian sandal milik warga di kawasan Girilaya. Kejadian itu cukup menghebohkan warga setempat mengingat pelakunya yang masih berstatus pelajar SD. Namun, peristiwa ini tak sampai ke jalur hukum karena diselesaikan secara kekeluargaan.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, ayah ASR pun marah besar dan melarangnya bergaul dengan teman-temannya yang terlibat dalam tindak pencurian tersebut.
"Bapak marah, saya dipukuli pakai sapu dan mau dipukul sama helm tapi dicegah ibu," kisah ASR dengan polosnya.
Kemarahan sang ayah tak membuat ASR menjauhi kelompoknya, sebaliknya dia semakin dekat. Apalagi ayah dan ibunya harus bekerja setiap hari, sehingga kian memudahkan ASR bergaul dengan kelompoknya.
Tak cuma melakukan tindakan pencurian, karena kelompoknya itu, ASR juga mengenal narkoba.
"Pernah ngepil dan ngombe (minum-minuman beralkohol), tapi enggak sering," tukas remaja berambut panjang ini.
Selepas SD, sang ayah mengirim ASR ke sebuah pondok pesantren di Bangkalan, Madura. Tak ayal ini membuat ASR tertekan. Puncaknya, ASR pun nekat kabur dari ponpes tersebut. Kejadian tersebut cukup memukul sang ibu hingga jatuh sakit.
Keberadaan ASR sendiri yang kabur dari ponpes akhirnya berhasil ditemukan sang ayah, yang tak pernah menyerah mencarinya. "Saya nginep di kosan teman, saya enggak mau mondok," ujarnya terisak.
ADVERTISEMENT
ASR sendiri kini tengah berada di bawah binaan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya. Sang ayahlah yang menghubungi DP5A untuk kelanjutan nasib sekolah ASR yang terputus.
"Sekarang lagi ngurus berkas-berkasnya, mau saya masukin sekolah kejar paket," tukas ayah ASR. Ayah ASR, SF, mengakui jika dirinya terlalu keras pada sang putri.
"Dia kan anak perempuan, jadi saya kerasin. Lha kok kejadiannya malah seperti itu. Ya saya menyesal sudah keras sama dia," ungkapnya.
Sementara itu, ASR mengaku sudah hampir dua bulan tak lagi menghubungi kelompoknya. Melihat sang ibu yang sakit-sakitan, ASR ingin melanjutkan sekolahnya lagi. "Biar ibu seneng, enggak sakit lagi," pungkasnya.