Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Cerita Salamun, Tukang Parkir Asal Jombang Naik Haji Usai 19 Tahun Menabung
29 Mei 2024 7:41 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menunaikan ibadah haji ke tanah suci adalah cita-cita yang didamba setiap muslim, tak terkecuali bagi Salamun, jemaah haji kelompok terbang (kloter) 63 asal Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Lansia yang sehari-hari menjadi juru parkir di kawasan pertokoan sekitar kampus Universitas Darul Ulum Jombang ini telah memendam keinginan yang kuat untuk menjadi tamu Allah di tanah suci.
ADVERTISEMENT
“Saking inginnya naik haji, suatu siang pada tahun 2005, saya mengambil kotak celengan yang sudah saya pesan dari tukang kayu. Saya sudah membulatkan niat untuk rutin menabung. Pada malam hari setelah salat tahajud, saya masukkan uang Rp 50 ribu ke celengan tersebut sambil saya niatkan saya harus pergi haji dan saya harus bisa rutin menabung,” tutur Salamun, saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.
Sehari-hari untuk pengisian celengannya, Salamun tidak menargetkan jumlah tertentu.
“Ya bisa sepuluh ribu rupiah, dua puluh ribu rupiah. Kadang kalau rezeki, ada orang tiba-tiba memberi uang Rp 50 ribu, itu langsung saya tabung di celengan,” jelas pria asal Dusun Temulawak Desa Kebon Temu Kecamatan Peterongan ini.
Pada tahun 2011, Salamun berkeinginan membongkar celengan kayu yang dia punya. Ia pun sangat bahagia ketika dibongkar, uang di dalam celengannya telah terkumpul Rp 25 juta. Dengan hati gembira penuh syukur, Salamun pun mendaftar haji.
ADVERTISEMENT
Agar bisa menabung untuk pelunasan, Salamun semakin bersemangat untuk bekerja. Meskipun di bawah terik matahari dan guyuran air hujan, Salamun tetap bersemangat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya. Ia mengaku selain menjadi juru parkir, Salamun juga menjual minuman kemasan di tempat ia biasa mangkal.
Tahun 2016 ketika Salamun sedang melaksanakan pekerjaan sebagai juru parkir, ada orang yang mengingatkannya, kalau ia tidak segera mendaftarkan istrinya maka mereka tidak akan bisa segera berangkat bersama.
“Dari awal memang saya hanya mampu mendaftar haji untuk saya sendiri. Saat itu saya masih ada tanggungan membayar biaya kuliah dua anak serta seorang anak yang masih SMA,” terangnya.
Salamun pun memecah celengan yang ia punya sebagai modal sang istri untuk mendaftar haji.
ADVERTISEMENT
“Waktu itu, tabungan saya terkumpul Rp 6 juta. Agar mencukupi untuk mendaftar haji, saya meminjam dana talangan haji di KBIH,” kenang Salamun.
Setelah menunggu selama 13 tahun, kini Salamun dan istri tercintanya, Sukarti, memperoleh panggilan Allah SWT menjadi tamu-Nya di tanah suci. Salamun semakin bahagia karena dia bisa berangkat bersama istrinya lewat kuota penggabungan. Dia tak menyangka meskipun sehari—hari penghasilannya tak tentu, tetapi dia bisa memenuhi kewajiban menunaikan rukun Islam kelima.
“Semoga anak-anak, cucu-cucu, para saudara dan tetangga, serta semua orang yang pernah memberi saya uang, bisa dipanggil ke tanah suci semua,” harapnya.