Konten Media Partner

Cerita Tri, 15 Tahun Jadi Porter Stasiun Sering Dibayar Seikhlasnya

29 Maret 2025 6:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Porter di Stasiun Surabaya Gubeng. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Porter di Stasiun Surabaya Gubeng. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Menjelang Hari Raya Idulfitri 1444 H, aktivitas di stasiun cukup padat oleh lalu lalang pemudik. Bicara soal stasiun tak lepas dari profesi porter, sebutan bagi orang yang biasa membawakan barang-barang para penumpang kereta api.
ADVERTISEMENT
Mereka biasanya berjaga di gerbang stasiun, menanti penumpang yang membutuhkan jasanya.
“Pak, bisa dibantu menggunakan jasa porter,” terdengar suara seorang porter yang menawarkan jasanya di Stasiun Surabaya Gubeng, Jumat (28/3) malam.
Tubuh kecilnya tak membuat pria muda tersebut kesulitan membawa sejumlah barang bawaan penumpang kereta api yang menggunakan jasanya. Dia adalah Tri Pujiono. Menjadi porter di Stasiun Surabaya Gubeng telah dijalani pria asal Jawa Tengah itu selama 15 tahun.
"Sudah 15 tahun (jadi porter) di sini," ujar Tri saat ditemui Basra disela rutinitasnya.
Meski barang bawaan yang harus dia bawa tak ringan, namun tak sebanding dengan ongkos yang diterima. Sejatinya setiap kali mengangkut barang ada tarif yang telah disepakati para porter di Stasiun Surabaya Gubeng, yakni Rp 20 ribu.
Porter (baju kuning) saat membantu penumpang menurunkan barang bawaannya.
"Kita tidak boleh menerima ongkos lebih dari Rp 20 ribu. Jadi ya maksimal segitu tarifnya," tutur Tri.
ADVERTISEMENT
Namun Tri mengaku sering menerima upah tak sampai Rp 20 ribu. Upah yang diberikan Tri lebih banyak bersifat sukarela dari para penumpang.
"Ya enggak tentu, sering kita dikasih Rp 10 ribu atau Rp 15 ribu sekali angkut barang. Seikhlasnya penumpang," imbuh Tri.
Meski demikian Tri tetap mensyukuri setiap rejeki yang didapatkan. Apalagi para porter di Stasiun Surabaya Gubeng cukup menjunjung tinggi rasa kekeluargaan. Mereka, diakui Tri, tak pernah berebut penumpang.
"Enggak pernah rebutan (penumpang), sesuai giliran saja," tegasnya.
Tidak hanya upah yang dibayar seikhlasnya, Tri juga tak jarang mendapat amarah dari penumpang yang menggunakan jasanya. Meski demikian, Tri mengaku tak pernah ambil hati dari setiap perkataan kasar penumpang yang diterimanya.
ADVERTISEMENT
"Kita kak jual jasa ya mbak, jadi penumpang itu raja. Mau mereka marah pun, kita tidak boleh membalasnya. Ya diterima saja," tukasnya seraya tersenyum.
Di momen Idulfitri seperti sekarang menjadi ladang rejeki bagi para porter stasiun. Jika di hari biasa mereka hanya mengangkut barang tak sampai lebih dari 7 penumpang setiap rangkaian kereta yang datang. Maka saat ini jumlah yang didapat meningkat hingga 2 kali lipat.
"Ya Alhamdulillah ada peningkatan dibanding hari biasanya, tapi memang tidak seramai tahun kemarin," ujarnya.
Tri mengakui jika penumpang kereta di momen mudik lebaran tahun ini masih tetap ramai seperti tahun lalu. Namun mereka yang menggunakan jasa porter tak sebanyak tahun lalu.
"Tidak seramai tahun kemarin penumpang yang pakai jasa porter. Tapi tidak apa-apa, tetap disyukuri saja," pungkasnya.
ADVERTISEMENT