Konten Media Partner

Cerita Tri Melatih Siswa Jadi Pekebun Hidroponik Cilik di Sekolah

25 November 2019 6:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tri Wahyuningtyas, salah satu pelopor aksi hijau di SDN Kaliasin 1 Surabaya. Foto-foto : Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Tri Wahyuningtyas, salah satu pelopor aksi hijau di SDN Kaliasin 1 Surabaya. Foto-foto : Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Tak ingin anak-anak tumbuh tanpa kesadaran menyayangi lingkungan, Tri Wahyuningtyas giat melatih anak-anak melakukan aksi hijau. Salah satunya dengan berkebun hidroponik.
ADVERTISEMENT
Berkat aksi tersebut, Tri yang sehari-hari jadi guru di SDN Kaliasin I Surabaya ini sudah dua kali berturut-turut meraih penghargaan sebagai Pembina Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup Terbaik pada 2012 dan 2014.
Bagi Tri, rasa peduli pada lingkungan ibarat investasi yang akan dirasakan manfaatnya oleh diri sendiri. Contoh sederhana saja, bila anak-anak tahu dari mana asal air dan bagaimana rumitnya proses menyediakan air bersih, maka anak-anak secara sadar bisa ikut menjaga kualitas air itu sendiri.
"Karena selama ini mereka hanya tahu menggunakan saja," ucap Tri ketika ditemui Basra, Sabtu (24/11).
Tyas bersama pekebun cilik di SDN Kaliasin 1 Surabaya.
Sejak 2009 Tri sudah aktif menanami lahan sekolah mereka supaya lebih sejuk. Tri juga melibatkan anak-anak untuk berkebun sayur dan sawi secara hidroponik.
ADVERTISEMENT
Menurut Tri, kalau di dalam diri anak-anak sudah tertanam jiwa yang welas asih pada lingkungan, maka hubungan mereka dengan sang pencipta juga akan semakin dekat.
"Bukankah itu poin terpenting dalam sebuah pendidikan. Bukan hanya masalah kita membangun akademisnya. Tapi juga bagaimana memperkuat pendidikan karakter mereka," jelas perempuan kelahiran Kediri, 2 mei 1981 ini.
Tri juga sering mengajak siswa melihat dan mengidentifikasi keadaan lingkungan sekitar mereka. Dari pengamatan itu para siswa diajak untuk memetakan masalah dan mencari solusinya.
Ia pun mencontohkan, saat para siswa melihat lingkungan sekolah mereka yang berada di tengah kota, dan dilewati banyak kendaraan yang dapat menimbulkan banyak polusi. Untuk itu, yang diperlukan adalah banyak tanaman untuk menyerap karbondioksida.
ADVERTISEMENT
"Di kelas anak-anak tahu kalau tumbuhan berfotosintesis dan perlu karbondioksida untuk menghasilkan oksigen. Nah dari situ mereka belajar menanam hidroponik dan mengajak teman-teman. Idenya dari mereka, kita yang mengarahkan," kata Tri.
Selain di sekolah, Tri juga menerapkannya di lingkungan rumah dengan mengadakan sosialisasi pada ibu-ibu PKK terkait tanaman hidroponik dan bank sampah.
Ke depan, ia berharap apa yang ia lakukan dapat berdampak pada anak didiknya. "Saya berharap, suatu saat mereka akan menjadi pemimpin bangsa dan menjadi orang berpengaruh yang tetap peduli pada lingkungan dan sesamanya. Selain itu, saya juga berharap negeri ini bisa berubah dan bumi ini menjadi lestari di tangan mereka," pungkasnya.
Berkat dedikasinya di dunia lingkungan, dua tahun lalu Tri juga dapat apresiasi dari Walikota Surabaya, Tri Rismaharini karena sudah tujuh tahun mengabdi pada lingkungan melalui program Surabaya Eco School. Selamat Hari Guru!
ADVERTISEMENT