Cerita Yani Menemukan Islam, Diantar Seluruh Keluarga Saat Ikrar Syahadat

Konten Media Partner
24 Maret 2023 7:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Al-Qur'an dan tasbih. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Al-Qur'an dan tasbih. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Terlahir dari orang tua yang memeluk agama Kristen dan Islam, menjadikan Adiyani tak asing dengan agama Islam. Namun perempuan yang kerap disapa Yani ini lebih memilih memeluk Kristen mengikuti sang ayah.
ADVERTISEMENT
"Jadi ayah Kristen dan ibu Islam. Saya tiga bersaudara dan Kristen semua," kata Yani kepada Basra.
Takdir Allah mengubah jalan hidup Yani. Pada 2018 silam, perempuan kelahiran 1989 ini mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Cheng Ho Surabaya. Sejak saat itu Yani resmi menjadi mualaf.
Jika menilik ke belakang, Yani tergolong cukup getol mengajak adik dan sang ayah ke gereja. Diakui Yani, jika sang ayah cukup jarang ke gereja.
Namun keputusan adik bungsu Yani menjadi mualaf, cukup menggelitik Yani. Dari sinilah kebimbangan Yani akan keyakinannya mulai datang.
"Adik saya yang kedua mualaf duluan 4 tahun sebelum saya. Tapi pas adik yang paling bontot jadi mualaf 2 tahun sebelum saya ikrar (dua kalimat syahadat) sebenarnya di situ titik perenungan saya dimulai lagi," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Yani mengakui, jika sejak lama tidak menemukan kedamaian dan kepastian di dalam hatinya. Yani menemukan banyak pertanyaan dalam beribadah. Namun karena ingin menjadi individu yang 'bertanggung jawab' atas keimanan, Yani memilih bertahan dengan keyakinannya.
"Setelah adik-adik saya mualaf, saya merasa selama ini ternyata beragama hanya untuk memenuhi ekspektasi diri sendiri," kisahnya.
Yani akhirnya memutuskan untuk mencari jawaban atas ketidakpastian dalam dirinya. Yani mencari jawaban atas prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dan agama yang tidak diubah-ubah oleh manusia.
Dalam pencariannya, Yani sempat mempelajari agama Katolik dan Kristen Ortodoks.
"Yang saya selami kekristenan dulu, untuk memantapkan hati. Nah, setelah tidak menemukan jawaban di kekristenan saya baru belajar Islam," tukasnya.
Yani belajar tentang agama Islam dengan membaca buku-buku tentang keislaman di perpustakaan. Yani juga kerap membaca buku-buku Islam untuk anak-anak.
ADVERTISEMENT
"Saat itu lagi marak pengeboman gereja, jadi saya harus pintar-pintar cari sumber. Setelah mantap, saya pun berdoa 'Tuhan kalau ini ujian keimanan saya terhadap kristen tunjukkanlah. Kalau ini adalah panggilan Allah ke jalan Islam beri aku kemampuan puasa selama Ramadan," kenangnya.
Sebelum memutuskan menjadi mualaf, Yani mengaku berpuasa di bulan suci Ramadan. Bagi Yani hal ini tidaklah mudah. Pasalnya Yani belum pernah tidak makan ataupun minum hingga 12 jam lamanya.
"Belum pernah sama sekali sebelumnya. Tapi saat itu saya 30 hari full puasa," tandasnya.
Usai menjalankan puasa di bulan suci Ramadan, Yani kian memantapkan hati untuk menjadi mualaf. Hingga akhirnya mengucap dua kalimat syahadat usai lebaran.
Saat momen mengucapkan dua kalimat syahadat, Yani mengaku didampingi seluruh anggota keluarganya.
ADVERTISEMENT
"Ayah, ibu, adik-adik, komplit. Beserta om. Ramai-ranai lah waktu itu. Senang sekali," ujarnya.
Setelah mengucap dua kalimat syahadat, Yani mengaku ada keharuan tersendiri di relung hatinya.
"Perasaannya terharu. Ternyata begini jalan hidup yang dituntun. Enak sekali mengikutinya," pungkasnya.