Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
Di Balik Manisnya Kue Keranjang untuk Imlek, Butuh Waktu 15 Jam Memasaknya
28 Januari 2025 7:09 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ketika Imlek, kue keranjang hadir bukan sekadar untuk dinikmati, tetapi untuk dimaknai. Kue yang di beberapa daerah lain di Nusantara lazim disebut dodol Cina ini setidaknya juga menjadi simbol dari keharmonisan dan persatuan.
ADVERTISEMENT
Di balik teksturnya yang lembut dan rasanya yang manis, pembuatan kue keranjang butuh waktu sekitar 5 jam. Hal ini seperti diungkapkan Ferry Andrea, produsen kue keranjang di Surabaya.
"Total butuh waktu 15 jam dalam proses produksi kue keranjang. Saat pesanan ramai, proses memasak bisa dilakukan dua kali," ujar Ferry, belum lama ini.
Sejak pagi, pekerja Ferry mulai menjalankan tugasnya masing-masing. Ada yang menyiapkan cetakan. Kaleng-kaleng berbagai ukuran dilapisi dengan plastik untuk digunakan sebagai cetakan.
Beberapa pekerja juga menyiapkan bahan, mengaduk adonan, hingga membungkus kue keranjang.
Proses mengolah bahan mentah hingga pengukusan, dan pengemasan dilakukan setiap hari. Tampak dandang berukuran satu setengah meter mencolok di halaman rumah Ferry di kawasan Kalidami. Sekali masak, dandang tersebut bisa diisi 10 tingkat nampan kue.
ADVERTISEMENT
“Semua (prosesnya) di sini. Produksinya tidak mesti. Kalau sudah turun (proses pertama) baru produksi lagi. Ringan tapi pembuatannya susah dan butuh waktu lama,” terangnya.
Pembuatan kue keranjang dimulai dari adonan tepung, dikukus selama lebih dari lima jam. Waktu yang cukup lama itu untuk mendapatkan warna cokelat yang khas. Kemudian dimasukkan dalam cetakan dan dikemas termasuk penempelan stiker.
“Bisa habis tepung 160 kilogram kalau Imlek. Satu dus tepung itu 8 kilogram. Itu sekali masak,” ujarnya.
Sambil mengukus kue, pekerja memindahkan kue yang sudah matang. Sebelum dimasukan ke dalam kotak bergambar dua anak, pekerja menempelkan stiker merah di atas plastik pembungkus.
Setiap kotak memiliki isian berbeda. Ada yang dua ikat, empat ikat dan kue keranjang berukuran kecil-kecil.
ADVERTISEMENT
Usaha kue keranjang ini ditekuni Ferry sekeluarga. Berawal dari sang mama yang mengaku iseng saat menanyakan resep kue keranjang pada nenek Ferry.
Nenek Ferry pun menyuruh untuk membeli tepung dan gula. Dicobalah resep tersebut dengan mengadoni tepung dan gula. Dari resep yang diberikan itulah, kemudian ditekuni menjadi sebuah usaha.
“Dulu itu mama coba-coba, terus pertama kali itu nitip jual di toko di Ngagel, lama-lama ramai sampai sekarang,” tukas Ferry.