Dibanding COVID-19, Fatalitas Virus Nipah Lebih Tinggi Capai 80 Persen

Konten Media Partner
10 Oktober 2023 19:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dibanding COVID-19, Fatalitas Virus Nipah Lebih Tinggi Capai 80 Persen
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Meski belum masuk ke Indonesia, namun masyarakat diminta tetap waspada akan bahaya dari virus Nipah. Menurut Dr. Windhu Purnomo, dr., M.S., Ahli/Pakar Biostatistika Epidemiologik, dibandingkan dengan COVID-19 fatalitas kasus virus Nipah bisa sampai 80 persen.
ADVERTISEMENT
"Virus Nipah, belum ada kasus yang ditemukan pada manusia di Indonesia. Jadi (virus Nipah) ini pengalaman di luar negeri, dan Indonesia belum pernah ada, sampai hari ini, belum pernah," ujarnya, Selasa (10/10).
"Jadi fatality yang bisa kita sebut Cases Fatality Rate (CFR), atau angka fatalitas kasus dari virus Nipah itu tinggi, bisa sampai 80%. Jadi, artinya dari 100 orang yang tertular itu, bisa meninggal sampai 80 orang. Beda dengan virus COVID-19. Kalau COVIy itu, di dunia itu sampai hari ini, cuman satu persen. Jadi setiap 100 orang yang terinfeksi COVID-19, yang meninggal cuman satu orang. Di Indonesia saja, dua setengah, artinya setiap 100 orang yang tertular, 2 sampai 3 orang yang meninggal dunia. Tapi di dunia cuman satu yang meninggal per 100 orang," jelasnya lagi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Prof. Dr. Santi Martini, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair meminta masyarakat untuk kembali menerapkan perilaku hidup sehat sebagai upaya pencegahan dari penularan virus Nipah.
"Virus Nipah itu sebetulnya adalah virus yang ada di kelelawar. Penyakitnya pada kelelawar. Yang penting kita perhatikan itu, kalau kita kontak dengan binatang-binatang liar, ya cuci tangan," tukasnya.
"Kita harus perhatikan pencegahan penyakit itu, yang harus diperhatikan terutama untuk mencuci tangan. Dan kalau punya hewan-hewan liar, sebaiknya jangan didekati, jangan dipegang, jangan ditangkap. Sekarang virus Nipah itu, kalau di Indonesia memang masih hanya ditemukan kasusnya pada hewan. Tapi, kita tahu yang ada di India itu sudah ada di manusia. Dan itu menjadi kekhawatiran kita sendiri, kalau kita tidak atasi, atau tidak melakukan perilaku hidup sehat, terkait cuci tangan, dan menjauhi binatang-binatang liar, itu akan berbahaya bagi kita juga," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Virus Nipah pertama kali teridentifikasi di Malaysia pada sebuah peternakan babi. Pada saat itu, hewan-hewan tersebut menunjukkan gejala demam, kesulitan bernapas, dan kejang. Kemudian sejak 1988 itu mulai menyebar ke beberapa tempat.
Virus Nipah belakangan menjadi perbincangan setelah dua warga India di Kerala dikabarkan meninggal akibat penyakit ini.
Virus ini bersifat menular yang penyebarannya bermula dari hewan seperti kelelawar dan babi. Namun, tidak menutup kemungkinan penyakit ini bisa menular antar sesama manusia.