Konten Media Partner

Dokter Ahli Bedah Saraf Ungkap Kondisi Seseorang Dinyatakan Mati Batang Otak

5 Oktober 2023 7:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dr dr Asra Al Fauzi SE MM SpBS (K) FICS FACS IFAANS, Dosen dan Dokter Ahli Bedah Saraf Departemen Bedah Saraf FK Unair - RSUD Dr. Soetomo. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Dr dr Asra Al Fauzi SE MM SpBS (K) FICS FACS IFAANS, Dosen dan Dokter Ahli Bedah Saraf Departemen Bedah Saraf FK Unair - RSUD Dr. Soetomo. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Heboh pemberitaan seorang bocah dinyatakan mati batang otak setelah melakukan operasi amandel di salah satu rumah sakit di kawasan Bekasi. Dr dr Asra Al Fauzi SE MM SpBS (K) FICS FACS IFAANS, Dosen dan Dokter Ahli Bedah Saraf Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran (FK) Unair - RSUD Dr. Soetomo, turut angkat bicara terkait diagnosis mati batang otak.
ADVERTISEMENT
Arsa mengungkapkan, dalam bidang medis mati batang otak adalah definisi dari kematian, yang merupakan penghentian total semua fungsi otak.
"Mati batang otak itu istilah mati dalam medis. Kenapa jadi persoalan? Karena ini sedikit berbeda dari mati secara kultural atau sosial (social death). Jadi orang (yang mati batang otak) itu bergantung pada mesin. Kalau alat pernapasan dicabut, dia tidak bisa bernapas. Kalau mesinnya dimatikan maka jantungnya akan berhenti (berdetak)," jelasnya saat ditemui Basra, (4/10).
"Kalau secara kultural atau sosial, seseorang dianggap meninggal itu ketika napasnya terhenti atau jantungnya sudah tidak berdetak. Nah orang yang mengalami mati batang otak itu mengalami kerusakan pada otaknya tapi dia masih bernapas atau jantungnya masih berdetak karena ada bantuan alat, sehingga dia berada di ruang ICU," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Arsa menuturkan, kebanyakan masyarakat di Indonesia masih menganggap bahwa mereka yang mengalami mati batang otak masih hidup hanya saja tidak sadarkan diri. Ini terjadi karena masih ada napas atau detak jantungnya.
"Ketika diberitahu (bahwa sudah meninggal karena mati batang otak) keluarga menolak karena masih bernapas atau ada detak jantungnya. Padahal kan itu karena ada bantuan alat," tutur penulis buku 'Mati Otak: Diagnosis dan Aplikasi Klinis' ini.
Tidak seperti bentuk kehilangan kesadaran lainnya, mati otak melibatkan hilangnya fungsi batang otak secara total. Artinya, sistem pengaktif retikuler—jaringan difus saraf yang menghubungkan sumsum tulang belakang dan otak—telah rusak secara permanen.
"Seseorang yang mati otak tidak memiliki kesempatan untuk pulih karena tubuh mereka tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan life support," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Mati otak bisa menjadi konsep yang sulit dipahami oleh beberapa orang. Karena banyak orang mengasosiasikan kematian dengan jantung yang berhenti berdetak, maka beberapa mereka sering mengabaikan fakta bahwa otaklah yang memberikan impuls yang "menjalankan" jantung.
"Sementara peralatan life support dapat digunakan untuk mempertahankan pernapasan dan sirkulasi, tidak ada peralatan atau perangkat yang dapat membuat otak tetap bekerja. Pada akhirnya, apabila otak mati, bagian tubuh lainnya juga akan ikut mati," tukasnya.
"Ketika seseorang mengalami mati batang otak maka itulah jam kematian dia yang nantinya dicantumkan dalam sertifikat kematiannya," imbuhnya.
Arsa menjelaskan batang otak merupakan bagian otak yang berada di paling bawah. Bagian ini terhubung dengan sumsum tulang belakang, yang juga merupakan bagian dari sistem saraf pusat.
ADVERTISEMENT
"Sehingga batang otak sangat berkaitan dengan fungsi refleks atau otomatis pada tubuh. Jika salah satu refleks tubuh tertentu ada yang hilang, maka itu merupakan tanda seseorang mengalami mati batang otak," tandasnya.
Arsa lantas mengungkapkan kriteria seseorang mengalami mati batang otak. Pertama, yang bersangkutan harus dalam kondisi tidak sadar atau koma.
"Kalau dicubit masih ada reaksi, bukan koma itu namanya. Dan dia posisinya harus berada di ruang ICU, dibantu alat life support seperti alat bantu napas. Kemudian reflek-reflek batang otak harus negatif," tuturnya.
Pemeriksaan reflek batang otak pun dilakukan setidaknya oleh tiga dokter spesialis.
"Biasanya dokter ICU, dokter bedah saraf, dan dokter yang memang menangani pasien bersangkutan. Kalau tiga-tiganya ngomong negatif hasilnya (reflek batang otak) ya sudah dia mati batang otak," pungkasnya.
ADVERTISEMENT