Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Dokter Ungkap Bahaya Gas Helium yang Diduga Tewaskan Mahasiswi FKH Unair
8 November 2023 7:36 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga ditemukan tewas di dalam mobil yang terparkir di Kompleks Ruko, di daerah Desa Tambak Oso, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (5/11). Saat ditemukan, wajahnya terbungkus plastik. Diduga, ia meninggal bunuh diri dengan menghirup gas helium.
ADVERTISEMENT
Dari hasil olah TKP kepolisian, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Diduga, korban meninggal bunuh diri karena menghirup gas helium yang sudah ia persiapkan sebelumnya.
Menurut dr. Anisha Calista Prakoeswa, MARS, dari Parahita Diagnostic Center cabang Citraland Surabaya, gas helium sebenarnya merupakan gas mulia dan cenderung stabil. Gas helium bersifat sangat rendah untuk beroksidasi atau bereaksi dengan zat lain.
"Jadi sebenarnya cukup aman. Dan gas helium banyak gunanya," ujarnya kepada Basra, (7/11).
Perempuan yang kerap disapa Icha ini melanjutkan, salah satu kegunaan gas helium adalah untuk mengisi balon, baik balon udara maupun balon hias.
"Nah di bidang medis, helium ini dipakai bersamaan dengan oksigen sebagai semacam terapi tambahan untuk penyakit paru, penyakit asma. Jadi untuk membantu pernapasan, memang bukan untuk terapi utama hanya sebagai terapi tambahan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Icha menegaskan, meskipun ada manfaat dari kegunaan gas helium namun juga ada sisi bahayanya.
"Dari penelitian yang saya baca, Journal of Forensic Toxicology tahun 2019, itu mengatakan beberapa tahun ini ada peningkatan fenomena kasus bunuh diri menggunakan gas helium," ungkapnya.
"Tapi kasus kematian akibat paparan gas helium ini bukan disebabkan karena keracunan tapi karena asfiksia. Asfiksia itu kekurangan oksigen pada tubuh. Jadi helium itu menggantikan oksigen yang masuk ke dalam paru-paru. Normalnya oksigen yang masuk ke paru-paru, kemudian ke pembuluh darah. Dari pembuluh dara dibawa ke jantung untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Kalau proses ini terganggu terjadilah proses asfiksia itu. Jadi makin banyak helium yang dihirup, asupan oksigen makin menipis," paparnya lagi.
ADVERTISEMENT
Icha mengungkapkan apabila tubuh menghirup helium selama 10 detik saja dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Sehingga akan muncul tanda-tanda kepala pusing, tubuh lemas, gelisah, mual, hingga penurunan kesadaran.
"Kalau berlangsung selama 2 menit bisa menyebabkan kerusakan otak yang berujung pada kematian. Ini untuk yang afiksi," imbuhnya.
Icha menuturkan menghirup gas helium secara langsung dari tabungnya bisa menyebabkan robeknya jaringan paru-paru atau ruptur. Kalau jaringan paru-paru rusak bisa mengakibatkan gejala seperti nyeri dada, sesak napas atau mengi.
"Kan ada yang terpapar gas helium tidak secara langsung dari tabungnya, misalnya dari balon. Nah ini relatif lebih aman daripada menghirup langsung dari tabungnya," tukasnya.