Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
Dosen di Surabaya Ungkap Tradisi Unik Isra Miraj di Indonesia yang Sarat Makna
27 Januari 2025 14:33 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Tanggal 27 Januari 2025 ini ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) sebagai tanggal merah untuk hari libur nasional peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah.
ADVERTISEMENT
Isra Miraj memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Islam di Indonesia. Dalam sejarahnya, Isra Miraj merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, yang kemudian naik ke langit untuk menerima perintah salat lima waktu.
Menurut Biandro Wisnuyana SAnt MA, Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair), peringatan Isra Miraj mengingatkan umat pada perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW serta pentingnya melaksanakan salat lima waktu.
"Bukti bahwa Isra Miraj sangat penting bagi masyarakat dapat kita lihat dari pengakuan perayaan ini sebagai hari libur nasional, serta berbagai kegiatan, seperti doa bersama, khotbah, dan ceramah keagamaan di masjid. Perayaan ini dapat menjadi momen bagi umat islam untuk mempererat hubungan sosial masyarakat melalui berbagai tradisi unik yang memperkaya khasanah budaya islam di Indonesia," ungkap Biandro, Senin (27/1).
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki berbagai tradisi unik dalam memperingati Isra Miraj. Biandro menyoroti beberapa tradisi lokal, seperti Nyadran di Jawa Tengah, Rajaban di Cirebon, Nganggung di Bangka Belitung, dan Ambengan di Jawa Timur.
Tradisi Nyadran biasa dilakukan oleh umat Islam yang tinggal di Jawa Tengah. Nyadran berarti "doa kepada leluhur".
Tradisi Nyadran dilakukan dengan membersihkan makam leluhur dan dilanjutkan dengan doa bersama.
Beberapa di antaranya menambahkan kegiatan pengajian yang umumnya dilakukan di masjid dan diakhiri dengan karnaval.
Ada pun Rajaban yang dilakukan oleh masyarakat Cirebon, Jawa Barat, dimulai dengan berziarah ke Plangon, makam Pangeran Kejaksan dan Pangeran Panjunan dua penyebar ajaran agama Islam.
Rajaban juga berlangsung di Keraton Kasepuhan Cirebon, dengan menggelar pengajian bagi masyarakat umum. Mereka juga membagikan nasi bogana yang terdiri dari kentang, telur ayam, tempe, tahu, parutan kelapa, dan bumbu kuning.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Nganggung adalah tradisi membawa makanan dari masing-masing rumah penduduk menuju tempat pertemuan besar yang dilakukan secara berbondong-bondong.
Untuk tradisi Ambengan berupa makan bersama untuk menyambut hari-hari besar Islam atau momen tertentu. Kata ambengan berasal dari bahasa Jawa ambeng yang berarti wadah dengan ukuran tanggung. Istilah itu digunakan untuk menggambarkan wadah makanan yang digunakan di perayaan tersebut. Wadah ambeng berisi nasi dan lauk berupa mi goreng, ayam, telur, serundeng, kentang dan sebagainya, kemudian dibawa ke masjid atau mushala. Masyarakat kemudian berkumpul usai shalat Maghrib untuk menjalani prosesi ambengan. Tradisi ini akan diawali dengan pembacaan doa yang dipimpin kiai atau sesepuh desa.
“Tradisi-tradisi ini tidak hanya merepresentasikan nilai-nilai keislaman, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya Indonesia,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Biandro menyebut, tradisi ini dapat menjadi cerminan keberagaman yang memperkuat identitas budaya Islam di Indonesia. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa tradisi pembacaan doa bersama, ceramah keagamaan, hingga kegiatan amal dan pawai obor juga dapat mempererat hubungan sosial masyarakat.
“Bagi masyarakat Indonesia, peringatan Isra Miraj bukan sekadar ritual, melainkan juga momen penting untuk meneguhkan persatuan di tengah keragaman budaya dan agama,” ucap Biandro.
Biandro menekankan pentingnya melestarikan tradisi Isra Miraj di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Menurutnya, tradisi ini memiliki peran besar dalam menjaga identitas keislaman dan budaya lokal.
"Peringatan ini juga menjadi momen berkumpul yang penting untuk memperkuat hubungan sosial di era yang cenderung individualistik akibat perkembangan teknologi," jelas Biandro.
ADVERTISEMENT
Selain itu, peringatan Isra Miraj juga dapat menjadi sarana untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi dan keberagaman. Biandro mengungkapkan, keberagaman tradisi dalam perayaan Isra Miraj menunjukkan pentingnya menghargai perbedaan.
“Hal ini sangat relevan untuk menjaga harmoni di masyarakat majemuk, seperti Indonesia," ungkapnya.
Biandro turut menyampaikan pesan kepada generasi muda dalam memperingati Isra Miraj. Ia mengajak generasi muda untuk menjaga dan melestarikan tradisi keislaman serta nilai-nilai budaya lokal.
"Jadilah generasi yang berintegritas, berakhlak mulia, dan peduli terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, teruslah menjaga persatuan di tengah keberagaman dengan mempromosikan toleransi dan keharmonisan," pesannya.