Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Dulu Jadi Kampung Prostitusi Kini Jadi Kampung Asmaul Husna
20 Januari 2024 9:18 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 11 September 2024 9:54 WIB
ADVERTISEMENT
Sebagai bekas lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, kawasan Dolly di Surabaya menyimpan banyak cerita. Saat resmi ditutup pada 18 Juni 2014 silam, tak mudah bagi warga Dolly melepas imej negatif sebagai kawasan prostitusi. Namun segala upaya dilakukan warga setempat untuk bisa lepas dari bayang-bayang lokalisasi. Salah satu upaya tersebut kini terwujud dengan hadirnya Kampung Asmaul Husna.
ADVERTISEMENT
Berkunjung ke Kampung Asmaul Husna yang terletak di Putat Jaya Barat 6B, akan disuguhi tulisan lafadz Asmaul Husna yang tergantung di sepanjang lampu penerangan kampung. Berlatar warna hijau, menjadikan tulisan lafadz Asmaul Husna yang berwarna putih sangat kontras dan mudah dibaca.
"Ada sekitar 14 (lampu penerangan kampung), jadi kalau bolak balik ada sekitar 28 tulisan Asmaul Husna yang terpasang," ujar Eko Prasetio, Ketua RT 2 RW 11 Putat Jaya Barat gang 6B, membuka percakapan dengan Basra, Sabtu (20/1).
Tak hanya di lampu penerangan kampung, lafadz Asmaul Husna juga tercantum pada sejumlah papan yang membentang di langit-langit kampung.
Menurut Eko, tulisan lafadz Asmaul Husna tersebut merupakan inisiatif dari warga. Dengan adanya lafadz Asmaul Husna tersebut, warga ingin menunjukkan keseriusannya untuk berhijrah.
ADVERTISEMENT
"Inisiatif warga untuk memasang hiasan lafadz Asmaul Husna. Saya sangat bahagia karena warga memang benar-benar ingin berubah meski masih ada satu dua yang masih mbalelo (bandel)," terang Eko.
Eko mengungkapkan, Kampung Asmaul Husna tercetus sejak setahun lalu. Tepatnya setelah resmi beroperasinya Masjid Kampoeng Njarak yang berdiri megah di tengah-tengah kampung.
Menurut Eko, masjid tersebut berdiri di atas lahan yang dulunya merupakan rumah prostitusi.
"Masjid resmi beroperasi pada akhir 2022. Nah setelah Lebaran tahun lalu baru tercetus Kampung Asmaul Husna. Alhamdulillah ini karena warga sangat antusias mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di masjid," jelas Eko.
Eko mengakui, bukan perkara mudah baginya mengajak masyarakat untuk meramaikan masjid. Sedari awal masjid berdiri, Eko memang sudah bertekad untuk meramaikan masjid bukan hanya sekedar tempat menjalankan ibadah salat semata.
ADVERTISEMENT
"Kami menggelar kajian agama, bahkan untuk menarik warga kami menggelar kegiatan bansos sebulan sekali. Kami juga menggelar kegiatan jalan santai bersama warga. Alhamdulillah lama-lama warga datang untuk turut meramaikan masjid ini," jelas Eko.
Eko mengungkapkan jika dulunya kampung Putat Jaya Barat gang 6B ini merupakan salah satu kawasan dengan rumah karaoke terbanyak di Dolly. Hampir 90 persen warga di kawasan tersebut membuka usaha rumah karaoke. Bahkan saat penutupan Dolly, rumah-rumah karaoke di kawasan tersebut masih ada yang beroperasi.
"Sampai 2018 masih ada rumah karaoke yang beroperasi bahkan sampai pandemi COVID-19 kemarin. Nah pandemi itu yang menjadi momentum tutupnya rumah karaoke di sini, karena pas pandemi kampung ini sempat lock down akibat warga yang banyak terpapar COVID-19," terang Eko.
ADVERTISEMENT
Eko mengakui, kini dengan menyandang predikat sebagai Kampung Asmaul Husna memberikan motivasi bagi warga untuk bisa istiqomah (konsisten) berhijrah. Bahkan saat ini kampung yang dihuni 69 kepala keluarga (KK) ini telah ditunjuk Pemkot Surabaya sebagai Kampung Madani, yakni kampung yang mampu mandiri di bidang ekonomi, sosial dan semua bidang dalam kehidupan masyarakat.
Tak hanya itu, Eko juga menuturkan jika saat ini pihaknya tengah menyiapkan diri untuk menerima kunjungan pelancong. Salah satunya dengan menyiapkan buah tangan yang bisa dibawa pelancong saat berkunjung ke kampung ini.
"Di tempat kami ada UMKM makanan dan batik. Untuk UMKM batik ada 2 orang, sedangkan UMKM makanan ada bandeng presto," tukasnya.
Eko melanjutkan, untuk UMKM batik pihaknya sedang mengembangkan batik daun jarak. Dan ke depan akan ada produk turunan dari batik yang menampilkan karakter dari Masjid Kampoeng Njarak.
ADVERTISEMENT
"Seperti Masjid Jogokariyan di Yogja yang punya produk khas masjid. Nah kami nantinya juga ingin seperti itu, misalnya nanti ada udeng (ikat kepala) atau jilbab yang ada tulisan Masjid Kampoeng Njarak. Sedangkan UMKM bandeng presto saat ini sedang proses mengurus PIRT (izin edar usaha pangan olahan). Jadi saat ada yang berkunjung ke sini bisa bawa buah tangan ketika pulang. Buah tangan yang menjadi ciri khas Kampung Asmaul Husna," pungkasnya.