Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Efek Perundungan di Kalangan Anak-anak Lebih Menyedihkan dan Menyakitkan
13 Maret 2023 11:41 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Seorang anak kelas IV SD asal Banyuwangi, Jawa Timur ditemukan tewas gantung diri di rumahnya. Pihak kepolisian menduga, korban bunuh diri karena depresi akibat sering dibully tidak memiliki ayah oleh teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Dosen psikologi Universitas Airlangga (Unair) Dr Wiwin Hendriani SPsi MSi mengatakan, bahwa perundungan dapat berdampak buruk terhadap kondisi psikologis anak.
"Semakin sering frekuensi perundungan yang anak alami, maka makin tinggi pula intensitas dan variasi tipe perundungannya. Sehingga dampak yang ditimbulkan juga akan semakin besar," ucapnya, Senin (13/3).
Ia menuturkan, ada beberapa dampak yang mungkin terjadi pada anak. Pertama, stres dan cemas. Menurutnya, anak yang mengalami perundungan akan merasa tertekan dan cemas setiap hari. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak aman dan tidak tahu kapan atau di mana serangan berikutnya akan terjadi.
Kedua, stres terus-menerus dan tidak tertangani yang mengarah pada depresi. "Anak yang mengalami perundungan akan merasakan kesedihan yang sangat dalam, kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya mereka sukai, merasa putus asa, dan kehilangan harapan akan masa depan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, anak yang mengalami perundungan cenderung merasa rendah diri dan tidak berharga. Terlebih jika mereka merasa tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah situasi.
“Tidak sedikit dari korban perundungan yang kemudian mengalami isolasi sosial. Mereka merasa terisolasi dari teman-teman, sulit untuk bergaul dan merasa tidak ada yang bisa mereka percayai atau ajak berbicara. Ini dapat terjadi jika teman-teman yang lain di luar pelaku perundungan juga tidak ada yang berusaha membantu atau memberikan dukungan yang menguatkan secara mental,” jelas ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) ini.
Keempat, riset juga menunjukkan bahwa sebagian korban perundungan memunculkan perilaku kekerasan dan agresi karena emosi yang begitu kuat, kesal, marah, dan frustrasi yang sangat.
Desakan emosi negatif tersebut dapat mendorong mereka merespons tekanan dengan kekerasan dan agresi, baik pada diri sendiri maupun orang lain.
ADVERTISEMENT
“Lalu, berbagai gangguan perilaku lain, seperti gangguan pola makan dan tidur yang diakibatkan oleh kondisi pikiran dan emosi yang dipenuhi oleh kecemasan dan ketidaknyamanan yang lain juga bisa terjadi,” ucapnya.
Wiwin mengatakan, adanya kasus ini bisa menjadi refleksi bagi pihak orang tua, guru, dan para pendamping tumbuh kembang anak yang lain untuk melakukan langkah-langkah preventif agar kasus serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.
"Kasus ini bukan hanya soal perundungan, tetapi juga bagaimana orang tua dan guru mampu memberikan pengasuhan dan pendidikan. Karena kedua hal itu dapat menguatkan berbagai keterampilan psikologis anak ketika menghadapi situasi yang tidak diharapkan," tukasnya.