Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
9 Ramadhan 1446 HMinggu, 09 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
elBicare Cough Analyzer, Alat Deteksi Dini COVID-19 dengan Batuk
20 Januari 2022 14:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 belum juga usai. Beragam inovasi pun terus dikembangkan guna memutus mata rantai penyebaran virus.
ADVERTISEMENT
Salah satunya seperti dilakukan tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang menginovasikan alat diagnosis kesehatan bernama elBicare Cough Analyzer. Inovasi ini dapat melakukan pemetaan penyakit menular COVID-19 melalui batuk berdasarkan suara paru-paru.
Dr Dhany Arifianto ST MEng selaku Ketua Tim mengatakan, elBicare Cough Analyzer ini diimplementasikan di rumah sakit dan mampu memberikan perlindungan awal bagi tenaga kesehatan yang rentan tertular COVID-19 dari pasien.
“Inovasi ini tak hanya dikembangkan untuk menangani pandemi saat ini, namun juga ditujukan untuk penyakit pernapasan yang menular lainnya,” ujarnya, Kamis (20/1).
Dosen Departemen Teknik Fisika ITS ini menjelaskan, bahwa elBicare Cough Analyzer dilengkapi dengan mikrofon bersensor tipis dan kecil yang berguna untuk menangkap suara di sekitar alat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, suara yang masuk akan dianalisis, apakah termasuk suara batuk atau bukan oleh algoritma pada prosesor alat yang telah dirangkai tim peneliti. “Daya jangkau tangkapan suara oleh alat ini mencapai 10 meter,” jelasnya.
Dhanny menuturkan bahwa suara batuk akan diklasifikasikan lagi ke dalam dua kategori, yaitu batuk yang terindikasi COVID-19 dan non COVID-19. Batuk yang dikategorikan sebagai batuk non COVID-19 pun akan dideteksi lagi penyebabnya, misalnya batuk normal, batuk gejala tuberkulosis (TBC), bronkitis, dan gejala lainnya.
“Pengelompokan ini didasarkan pada penyesuaian frekuensi, amplitudo, dan komponen harmonik suara paru-paru,” tuturnya.
Nantinya hasil analisis elBicare Cough Analyzer terhadap penyebab batuk akan tersimpan dan terintegrasi otomatis yang kemudian didistribusikan ke perangkat pengguna dengan bantuan bluetooth.
ADVERTISEMENT
Dhany bersama delapan anggota tim lainnya ini pun memastikan bahwa ke depannya tim akan mengembangkan distribusi data menggunakan bantuan wi-fi. “elBicare Cough Analyzer mampu bertahan selama 20 jam penggunaan yang terus-menerus,” ungkapnya.
Terkait data pengelompokan batuk non COVID-19 sendiri didapatkan melalui penelitian mandiri tim. Anggota tim terdiri dari tiga mahasiswa ITS jenjang sarjana (S-1), dua mahasiswa ITS jenjang magister (S-2), dan tiga orang dokter (salah satunya spesialis paru) dari Universitas Airlangga (Unair).
Sementara untuk data penelitian batuk gejala COVID-19 didapatkan melalui penelitian yang bekerja sama dengan University of Cambridge, Inggris. “Penelitian alat ini memakan waktu hampir dua tahun lamanya yang pengujiannya dilakukan di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA),” tambahnya.
Ke depan, Dhany dan tim berharap adanya ini mampu membawa kebermanfaatan bagi masyarakat Indonesia, serta dapat memberikan fasilitas kesehatan yang layak dan akurat dengan harga yang lebih ekonomis.
ADVERTISEMENT
“Kami juga berharap bahwa ke depannya mahasiswa dapat lebih terlibat aktif dalam penelitian yang kolaboratif seperti ini,” pungkasnya.