Konten Media Partner

Epidemiolog Sebut Virus Hendra Lebih Mematikan dari COVID-19

4 Juni 2022 7:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Setelah meredanya kasus COVID-19, masyarakat kembali dihebohkan dengan adanya Virus Hendra (HeV).
ADVERTISEMENT
Epidemiolog Universitas Airlangga (UNAIR) Laura Navika Yamani menyebut virus Hendra lebih mematikan dibanding virus COVID-19.
"Fatality rate atau tingkat kematiannya lebih tinggi. Jika COVID-19 pada tingkat 3-4 persen, virus Hendra berada pada tingkat 50 persen kematian," sebutnya, Sabtu (4/6).
Meski lebih mematikan, virus bernama ilmiah Hendra henipavirus ini umumnya masih jarang ditemukan pada manusia. Berdasarkan data dari tahun 1994 hingga 2013 dilaporkan ada tujuh kematian manusia akibat virus ini.
Laura menjelaskan, virus Hendra ditemukan tahun 1994 pada wabah penyakit di kawasan Hendra, Brisbane, Australia. Virus yang bersumber dari kelelawar ini dapati menyerang sistem pernafasan dan neurologi pada hewan dan manusia.
"Setelah ditelusuri, virus ini ternyata bersifat zoonosis yakni bisa berpindah dari host ke host, dari hewan ke manusia," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Terkait penularannya, virus ini biasanya masuk ke tubuh manusia diperantarai oleh hewan mamalia. “Kalau dari kelelawar langsung ke manusia biasanya sulit, karena sifat host-nya berbeda. Lebih mudah masuk dari perantara sesama mamalia, dalam kasus ini kuda," tuturnya.
Penularan virus Hendra dari kelelawar ke kuda menjadi wajar, terlebih mengetahui fakta bahwa keduanya memiliki habitat yang sama.
"Karena sifatnya menular melalui droplet, kelelawar pemakan buah yang memiliki habitat dengan kuda, dapat melakukan buang kotoran atau urine yang akhirnya bercampur dengan rumput yang menjadi makanan kuda. Sehingga rumput yang akan dimakan kuda, telah terkontaminasi dengan virus tersebut," tambahnya.
Menurut Laura, virus Hendra bisa menular ke manusia melalui kontak erat, disertai tingkat higienitas yang rendah. Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan gejala demam, batuk, sakit pada tenggorokan, ataupun ensefalitis atau radang otak.
ADVERTISEMENT
Penyakit akibat virus ini dinyatakan sebagai kondisi endemis di Australia, yakni kondisi dengan jumlah terkendali namun dapat mengancam kesehatan masyarakat karena sewaktu-waktu bisa menyebabkan wabah.
Meski belum pernah ditemukan di Indonesia, Laura berpesan kepada masyarakat terkait adanya informasi Virus Hendra bisa dijadikan peringatan tersendiri.
“Mengingat Indonesia juga memiliki hewan ternak yang tidak sedikit, pemerintah juga harus menyadari dan mengawasi bagaimana surveillance-nya, bagaimana cara agar hewan termasuk kuda tidak terjangkit virus Hendra,” pungkasnya.