Fakta di Balik Video Viral Anak Usia 4 Tahun di Sampang Bertunangan

Konten Media Partner
20 April 2024 15:27 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kunjungan perwakilan BKKBN Provinsi Jatim ke rumah anak di Sampang yang video pertunapertunangannya viral. Foto: BKKBN Jatim
zoom-in-whitePerbesar
Kunjungan perwakilan BKKBN Provinsi Jatim ke rumah anak di Sampang yang video pertunapertunangannya viral. Foto: BKKBN Jatim
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Video viral anak usia 4 tahun di Kabupaten Sampang yang melakukan pertunangan menarik perhatian Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur. Bersama Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Sampang, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Sampang, Bappeda litbang kabupaten Sampang, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Maria Ernawati berkunjung ke rumah orang tua anak tersebut, Jumat (19/4) sore.
ADVERTISEMENT
"Tujuan kami ke rumah H. Zahri (orang tua si anak) tidak lain untuk mendapatkan informasi perihal viralnya postingan video pertunangan sang anak yang masih berusia balita. Apakah hal itu benar adanya," kata Maria, dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip Basra, Sabtu (20/4).
Didampingi sang istri dan besan serta tokoh agama dan Muspika Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, H. Zahri mengatakan bahwa usia si anak sudah 7 tahun dan sudah sekolah kelas 1 SD, bukan berusia 4 tahun seperti yang disebutkan dalam video yang tengah viral itu. Pertunangan itu sendiri digelar pada tanggal 16 April lalu.
"Pertunangan tersebut mewujudkan ucapan kami saat di tanah suci Makkah beberapa tahun lalu. Waktu itu, di depan Ka'bah, istri saya hamil dan istri besan juga sedang hamil. Kemudian terucap kesepakatan untuk saling menikahkan bila yang lahir laki-laki dan perempuan. Jadi pertunangan kemarin merupakan bentuk ikatan tali silaturahmi agar tidak terputus," ungkap H. Zahri.
ADVERTISEMENT
Meskipun sudah bertunangan, H. Zahri menegaskan bahwa kedua keluarga telah sepakat untuk menikahkan kedua anak tersebut setelah mereka sama-sama lulus kuliah.
"Jadi tidak langsung dinikahkan saat masih kecil. Kami sebagai orang tua juga ingin melihat anak-anak kami menjadi orang sukses dan melihat mereka bisa mewujudkan cita-citanya," tegasnya.
Maria Ernawati mengatakan terkait isu pernikahan anak di Sampang setelah dikonfirmasi terungkap jika di Madura masih ada budaya untuk melakukan pertunangan agar dapat mempererat tali silaturahmi dan tali kekeluargaan.
"Meskipun pertunangan dilakukan sekarang saat anak masih kecil namun pernikahannya akan dilaksanakan saat anak-anak sudah lulus kuliah. Menanggapi fenomena ini, kami berharap kepada Pemerintah Daerah untuk terus menerus memberikan satu sosialisasi tentang bahaya menikah muda atau pernikahan anak," terang perempuan yang kerap disapa Erna ini.
ADVERTISEMENT
Erna menambahkan bahaya baik dari sisi kesehatan, dari sisi ekonominya dan terkait dengan stunting. Perlu diketahui bahwa faktor terbesar terjadi anak stunting karena kehamilan yang tidak diinginkan dari pernikahan anak tersebut. Dari pernikahan anak, tentu saja si ibu belum terlalu matang baik dari sisi kesehatan reproduksi maupun sisi kesiapan mental.
"Bayangkan saja si anak harus mengurus anak, " tegasnya.
Erna mengharapkan angka pernikahan anak di Jawa Timur akan terus turun seiring dengan masifnya sosialisasi pendewasaan usia pernikahan yang dilakukan oleh semua pihak termasuk insan media yang memberikan informasi kepada keluarga dan masyarakat akan bahaya pernikahan anak.