Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Gagas Kemasan Cerdas Obat HIV/AIDS, Mahasiswa di Surabaya Juara I Esai Nasional
5 Januari 2025 7:38 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang terdiri dari Reihan Ananta Noor Baihaqi dan Rivia Ghina Rahmi berhasil meraih juara I dalam Lomba Esai Ilmiah Populer World AIDS Day (WAD) 2024. Lomba ini terselenggara oleh Himpunan Mahasiswa Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan pengumuman lomba pada akhir Desember lalu.
ADVERTISEMENT
Lomba Esai Ilmiah Populer World AIDS Day (WAD) mengusung tema Epitychia: Health Improvement Strategies of HIV/AIDS to Actualize Golden Indonesia 2045. Mereka memilih subtema pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap HIV/AIDS.
Reihan menyebutkan bahwa ia dan rekannya menggagas Inovasi Kemasan Cerdas Obat Antiretroviral (ARV) Terintegrasi Aplikasi Solusi Penanganan HIV.
Kondisi penderita HIV di Indonesia memiliki jumlah penderita yang banyak dan diprediksi meningkat setiap tahunnya. Ia menambahkan bahwa tantangan terbesar penderita HIV terletak pada rendahnya kepatuhan, pemahaman terapi, dan isu kesehatan mental.
“Kami memberikan inovasi kemasan cerdas Blister Intelligent Keeper and Assistant (BLINKA) terintegrasi aplikasi kami kembangkan sebagai solusi kreatif untuk mengatasi berbagai permasalahan pengobatan pasien HIV di Indonesia. Tidak hanya itu, di dalamnya terdapat beberapa fitur unggulan yakni monitoring terapi, edukasi augmented reality, konseling, berita terkini, dan words of affirmation,” jelas Reihan, dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Minggu (5/1).
ADVERTISEMENT
Reihan mengatakan bahwa persiapan untuk memikirkan rancangan ini dilakukan selama tujuh hari. Persiapan tersebut berfokus pada masalah ataupun potensi masalah yang ada dalam pengobatan pasien HIV.
Lebih lanjut, perlu adanya penguatan teknologi sensor dan aplikasi karena menggunakan kemasan cerdas berbasis teknologi yang terintegrasi aplikasi.
Motivasi terbesar Reihan mengikuti lomba ini yaitu sebagai bentuk aksi nyata penangan HIV/AIDS. Melalui teknologi seperti sensor dosis, notifikasi pengingat, atau pelacak konsumsi obat secara sederhana, harapannya dapat menjadi manfaat bagi penderita HIV/AIDS.
Ia melanjutkan bahwa kesulitan yang ia dan tim hadapi yakni mengkaji berbagai aspek. Seperti kondisi sosial, psikologis, dan stigma penderita HIV/AIDS.
“Semoga ke depannya lebih banyak mahasiswa Unair yang dapat mengikuti berbagai kompetisi guna meningkatkan potensi diri baik akademik maupun non-akademik,” simpulnya.
ADVERTISEMENT