Konten Media Partner

Garam dan Gula dalam MPASI, Boleh Enggak Ya?

31 Januari 2023 8:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sumber foto: Grouu
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: Grouu
ADVERTISEMENT
Menyiapkan menu masakan untuk anak bukan perkara mudah ya Mam. Karena setiap anak punya riwayat kesehatan yang tak sama, dan bisa jadi, bila menambahkan sedikit gula dalam minuman atau makanan mereka, justru menjadikan anak hiperaktif.
ADVERTISEMENT
Ahli gizi yang juga Ketua Pimpinan Pusat Asosiasi Nutrisionis Indonesia (ASNI) DPP Persagi, Dr Andriyanto SH MKes, pernah mengatakan, penambahan rasa manis dalam menu makanan pendamping asi atau MPASI balita baiknya dari rasa asli buah-buahan.
"Lebih baik lagi apabila anak dibiasakan merasakan manis dari buah-buahan yang beraneka macam," tukasnya.
Pengenalan rasa manis untuk bayi sebenarnya sudah terjadi sejak janin berusia 12 minggu dalam kandungan. Saat bayi mulai bisa menelan cairan ketuban, saat itulah reseptor indera perasa janin sudah bisa merespon aroma cairan ketuban (amniotic fluid).
Karena itu pada bayi yang mendapatkan air susu ibu (ASI), mereka sebenarnya lebih cepat beradaptasi dengan berbagai rasa karena keunikan rasa dan aroma ASI tergantung makanan sang ibu. Pengenalan berbagai macam rasa pada masa kehamilan dan menyusui ini sangat berhubungan dengan pilihan atau kesukaan bayi nantinya sewaktu pemberian MPASI.
ADVERTISEMENT
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan tujuan utama pemberian MPASI adalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pada bayi.
Zat gizi terdiri dari makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak, serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Mikronutrein seperti besi, seng, kalsium, tembaga dan yodium sangat berperan dalam kecerdasan otak, daya tahan tubuh, serta penambahan berat dan tinggi bayi harus didapatkan dalam jumlah cukup di dalam MPASI.
Menurut rekomendasi dari Codex Standard for Processes Cereal-based Foods for Infants and Young Children, menambahkan glukosa dalam makanan atau minuman tidak boleh lebih dari 5 gr per 100 kkal. Sedangkan penambahan garam menurut National Health Service untuk bayi usia 0 - 12 bulan adalah kurang dari 1 gr atau setara 0,4 gr natrium.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, untuk anak usia 1 - 3 tahun dapat diberikan 2 gr per hari atau setara dengan 0,8 gr natrium. Takaran ini sesuai dengan kemampuan rata-rata lidah dalam menerima rasa asin dan menyesuaikan fungsi ginjal bayi.
Tapi bila Mam ragu untuk menambahkan gula atau garam karena khawatir salah takaran, jangan khawatir karena masih ada cara-cara aman menyedapkan masakan MPASI tanpa tambahan gula garam.
Grouu, katering MPASI bayi dan anak, memperkenalkan beberapa rangkaian rasa sedari dini. Misalnya, rasa manis untuk MPASI bisa didapatkan dari pasta kurma hingga selai kacang, gurih didapat dari kaldu ayam, kaldu sapi, kaldu salmon alami ataupun penggunaan bumbu rempah-rempah yang sudah disesuaikan rasanya dan aman untuk dikonsumsi mulai dari bayi.
ADVERTISEMENT
Bila anak suka rasa asin keju, bisa dapat dari saus bumbu three cheese, saus bumbu carbonara dan bolognese yang dibuat khusus tanpa bahan pengawet, pemanis, gula dan garam.
Para Mama tak perlu lagi takut atau khawatir memberikan MPASI komersial karena katering MPASI dan anak seperti Grouu dibuat dengan nutrisi, tekstur, dan rasa yang lebih terjamin kualitasnya.
Apa rahasianya? Menurut Jessica Marthin, Co-Founder dan CEO Grouu, pihaknya tak mau setengah-setengah dalam pembuatan menu katering. Jessica melibatkan ahli gizi, ahli pangan, dokter spesialis anak, hingga chef fine dining yang membantu untuk memastikan kecukupan gizi dalam setiap menunya tercapai, serta dengan cita rasa yang enak.
"Kami memang tidak menggunakan bahan pengawet, pewarna, dan penguat rasa. Selain berbahaya, ada tujuan lain juga kami ingin mengenalkan anak-anak kita itu dengan cita rasa manis yang natural seperti dari wortel. Bahkan untuk MPASI bayi, produk kami bebas dari tambahan gula dan garam sesuai dengan anjuran WHO dan IDAI untuk menunda pemberian gula dan garam yang terlalu dini. Karena itu bisa membuat anak ada tendensi suka dengan makanan yang asin atau manis sekali yang itu juga mempunyai dampak, seperti diabetes atau darah tinggi," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Untuk variasi menu, Jessica mengungkapkan, jika menu-menu lokal atau masakan Indonesia menjadi menu andalan. Misalnya saja rendang, soto, hingga sayur lodeh.
"Jadi masakan Indonesia yang kaya rempah. Mungkin orang dulu kalau dengar bayi makan rendang itu bingung. Sebenarnya yang membedakan itu pedas dan tidak pedas, sama teksturnya. Jadi, bagaimana makanan sehat dan bergizi ini kita kemas dengan cita rasa yang enak juga," ungkapnya.