Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten Media Partner
Guru Wajib Tahu, Ini Tips agar Tugas Lebih Bermakna dan Murid Berpikir Kritis
11 Mei 2023 14:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Kehadiran artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam dunia pendidikan dianggap sebagai ancaman. Banyak guru merasa khawatir karena murid mengerjakan tugas hanya dengan menyalin jawaban AI.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Bukik Setiawan, ketua Yayasan Guru Belajar, menegaskan, seharusnya kehadiran AI menjadi momen refleksi bagi pendidik.
“Pendidikan selalu dikenal sebagai penggerak perubahan. Ironisnya, pendidikan malah seringkali terseok-seok oleh perubahan. Hingga sekarang, penggunaan HP saja masih dilarang di banyak sekolah,” kata Bukik, Kamis (11/5).
Agar murid tidak hanya mengandalkan AI untuk mengerjakan tugasnya, Bukik membagikan lima tips agar tugas yang diberikan bisa lebih bermakna.
Pertama, mengubah penilaian dari yang standar menjadi otentik. Contohnya, memperbanyak tugas dengan jawaban yang memberikan ruang untuk murid berpikir sehingga muncul aspek otentiknya.
“Misalnya ada satu tugas yang sama, tapi tentu jawaban anak yang tinggal di dekat sawah dengan dekat perkebunan pasti berbeda. Cara berpikirnya kan berbeda. Asesmen nya nanti bisa lebih meaningful,” tutur Bukik.
ADVERTISEMENT
Kedua, bergeser dari generalisasi ke personalisasi. Personalisasi berarti tugas yang diterima murid sesuai dengan profilnya.
Dalam hal ini, strategi yang bisa diterapkan misalnya menggunakan project-based learning (PjBL).
"Jadi, murid didorong untuk peka terhadap permasalahan yang ada. Lalu murid mendapat kesempatan untuk berpikir bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Tugas guru adalah memfasilitasi agar murid bisa belajar pada setiap proses PjBL," ungkapnya.
Ketiga, tugas yang mengajak murid berpikir kritis. Menurut Bukik, AI dapat menghasilkan output yang kompleks bahkan bisa mendekati kreativitas manusia dalam beberapa hal. Sayangnya, kemampuan AI untuk kritis masih terbatas.
“Sekarang AI sudah bisa membuat gambar yang menakjubkan, menghasilkan cerita yang menarik. Sehingga sekarang challenge-nya sudah masuk ke kritis. Misal mesin AI mau bikin kreasi, murid bisa mengkritisi hasil-hasil tersebut,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Keempat, membuat tugas yang berkaitan dengan relasional. Bukik menuturkan, hingga hari ini, tugas terkait relasional belum dapat digantikan oleh AI.
Terkait hal ini, guru sudah harus bisa memberikan tugas yang tidak hanya mementingkan capaian individu.
“Kalau masih fokus ke capaian individu, prestasi-prestasi individu, kita akan tersalip oleh mesin AI,” tegasnya.
Terakhir, kaitkan tugas dengan area sosial-emosional. "Karena keterampilan seperti empati, kecerdasan emosional, dan kemampuan untuk memahami serta mengekspresikan perasaan dan emosi adalah hal yang tidak dapat diwakilkan oleh teknologi AI," tukasnya.