Hari Disabilitas Dunia, Kelompok Inklusi Outing Naik Bus Trans Suroboyo

Konten Media Partner
3 Desember 2022 16:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelompok inklusi yang jalan-jalan naik bus Trans Suroboyo, Sabtu (3/12). Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Kelompok inklusi yang jalan-jalan naik bus Trans Suroboyo, Sabtu (3/12). Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Tanggal 3 Desember diperingati sebagai Hari Disabilitas Dunia. Momen ini dirasa sangat pas untuk menyuarakan kesetaraan layanan bagi penyandang disabilitas di berbagai aspek, termasuk dalam layanan jasa transportasi.
ADVERTISEMENT
Sehubungan dengan itu, Vital Strategies bersama Yayasan World Research Institute (WRI) dan ARUP, mewakili Proyek Nasional UKPACT Sustainable Urban Mobility yang merupakan bentuk kerjasama antara Pemerintah Inggris dan Kementerian Perhubungan RI, menggelar outing kelompok inklusi dalam kampanye pentingnya mobilitas dan aksesibilitas untuk semua di Kota Surabaya.
"Momen Hari Disabilitas Dunia ini menjadi kesempatan untuk terus menggulirkan upaya penyadartahuan pembangunan perkotaan yang berfokus kepada kelompok rentan ke setiap elemen masyarakat mengenai pentingnya mobilitas dan aksesibilitas untuk semua," ujar Aulia Rahman, Koordinator dan Komunikasi Vital Strategies saat ditemui disela acara, Sabtu (3/12).
Dijelaskan Aulia, dalam kegiatan ini pihaknya mengajak perwakilan dari penyandang tuna netra, Gerkatin (gerakan kesejahteraan tunarungu Indonesia), dan HWDI (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia) untuk jalan-jalan naik bis Trans Semanggi dan bus Trans Suroboyo, sekaligus mencoba pedestrian jalan.
ADVERTISEMENT
"Rutenya mulai dari Terminal Joyoboyo sampai hotel Garden Palace. Teman-teman disabilitas mencoba mereview moda transportasi kota Surabaya dengan perspektif kesetaraan mobilitas," imbuhnya.
Melalui kegiatan ini, kata Aulia, pihaknya ingin menjadikan momen Hari Disabilitas Dunia sebagai momen untuk mendorong mobilitas yang aman, nyaman, berkelanjutan, serta menjangkau semua kelompok termasuk kelompok rentan dan kelompok inklusi.
Salah seorang peserta outing, Atung Yunarto, mengeluhkan tidak sigapnya petugas bus Trans Suroboyo. Meski mengetahui kondisi Atung yang berjalan meraba dengan bantuan tongkat, namun sang petugas terkesan cuek.
"Tadi kan saya berjalan meraba, tapi tidak ada petugas yang menghampiri saya. Bahkan kalau saya tadi tidak segera menemukan pegangan ketika di dalam bus, bisa dipastikan saya jatuh ketika bus melaju," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya kesigapan petugas, mesin EDC (Electronic Data Capture) untuk pembayaran tiket juga hanya terdapat di sisi depan tepatnya di sebelah sopir.
"Mesin EDC juga hanya ada satu di depan. Nah kalau kita naiknya lewat pintu tengah dan mau bayar kan harus jalan dulu ke depan. Petugas juga tidak membimbing kita. Kalau tidak bayar bagaimana?" keluhnya.
Atung lantas membandingkan layanan yang diberikan petugas Transjakarta yang dirasa lebih peka. Saat naik Transjakarta, kata Atung, petugas cukup sigap membantu saat mengetahui dirinya yang tuna netra.
"Saya dibantu naik, kemudian dicarikan tempat duduk, tidak dibiarkan berdiri," tandasnya.
Atung pun berharap para pemangku kebijakan dapat memperbaiki layanan transportasi di Surabaya agar lebih ramah untuk penyandang disabilitas seperti dirinya.
ADVERTISEMENT