Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
Hari Gizi Nasional, Ahli Gizi Unusa Ungkap Permasalahan Gizi pada Anak Indonesia
25 Januari 2025 11:34 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Setiap tanggal 25 Januari, Indonesia memperingati Hari Gizi dan Pangan Nasional (HGN) sebagai kesempatan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konsumsi pangan bergizi dalam mendukung kualitas hidup yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Gizi Nasional bukan hanya sekadar seremonial, melainkan momen penting untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang. Apalagi dengan adanya tantangan kesehatan di Indonesia, seperti masalah malnutrisi.
"Masalah gizi di Indonesia masih sama ya, berangkatnya dari malnutrisi bayi, balita, masih cukup tinggi ya, seperti stunting," ujar Paramita Viantry, S.Gz,RD.,M.Biomed, Dosen Prodi S1 Gizi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), kepada Basra, Sabtu (25/1).
Paramita melanjutkan, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,5%. Artinya, 21,5% balita di Indonesia mengalami stunting.
"Sedangkan kasus gizi kurang berdasarkan data SKI 2023 ada sekitar 7,4 %. Sebenarnya kalau dari permasalahan gizi di Indonesia memang berangkatnya masih dari stunting, tapi kalau dari sisi penanganan (masalah gizi) sebenarnya sudah terlambat ya kalau penanganannya dari stunting harusnya dari gizi kurang dulu. Ini ditangani dulu supaya tidak muncul kasus stunting baru," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Masalah gizi lainnya yang menghantui anak-anak Indonesia adalah masalah obesitas atau kelebihan berat badan.
"Semua permasalahan gizi ini bergantung dari pola makan. Pola makan yang ditentukan kalau kita merujuk pada pedoman gizi seimbang dari Kemenkes, itu kan ada pedoman yang namanya Isi Piringku," tuturnya.
Paramita mengungkapkan, 'Isi Piringku' menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. 'Isi Piringku' juga menekankan untuk membatasi gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari.
"Jadi sudah ada porsi makanan yang sudah lengkap," imbuhnya.
Selain pola makan, permasalahan gizi pada anak juga dapat disebabkan oleh pola asuh. Paramita menuturkan, banyak orang tua yang bekerja sehingga memberikan makanan asal-asalan kepada anak, yang penting anak kenyang.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak bisa menyalahkan ibu yang bekerja karena tidak bisa memberikan makanan bergizi kepada anaknya. Ibu yang bekerja tetap bisa kok memberikan makanan bergizi kepada anak," tegasnya.
"Ibu yang mengenali usia anaknya akan mengerti makanan apa saja yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. Pedomannya ada pada Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)," ujarnya.
Paramita mengatakan PMBA adalah serangkaian praktik pemberian nutrisi yang optimal untuk bayi dan anak usia 0-24 bulan. PMBA merupakan komponen krusial dalam upaya memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anak-anak pada masa awal kehidupannya.