Konten Media Partner

Hati-hati, Salat Tarawih Terburu-buru Berisiko Gangguan Jantung

19 Maret 2024 7:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi salat. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi salat. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Salat tarawih super cepat viral di media sosial. Tarawih kilat ini hanya membutuhkan waktu 6 sampai 7 menit untuk melaksanakan salat tarawih sebanyak 23 rakaat. Tarawih kilat ini dilakukan Ponpes Al-Quraniyah di Desa Dukuhjati, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Dokter spesialis jantung mengingatkan risiko gangguan jantung jika jemaah salat tarawih memilih gerakan yang terlalu cepat.
"Salat yang baik untuk kesehatan terutama jantung adalah yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Artinya seimbang antara gerakan dan bacaan salatnya karena setiap orang kondisi jantungnya berbeda," ungkap Dr dr Andrianto, Kepala Program Studi Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran (FK) Unair, (18/3).
Andrianto menjelaskan, salat tidak terlepas dari aktivitas fisik dan psikis, di mana secara fisik exercise (latihan) bisa memengaruhi otot- otot jantung sehingga dengan aktivitas yang baik dan teratur akan memperkuat otot jantung. Sehingga otot jantung dalam hal memompa untuk memenuhi sirkulasi darah untuk metabolisme tubuh akan lebih baik.
"Banyak ibadah salat, otomatis akan memperbaiki fungsi jantung. Namun jika terburu-buru juga akan menimbulkan masalah pada sistem saraf simpatik, yaitu beraktivitas berlebihan," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Andrianto menuturkan, sistem saraf simpatik kaitannya dengan jantung, meningkatkan denyut jantung berlebih. Sehingga mengakibatkan suplai ke otot jantung lebih banyak.
Ketika ada kebutuhan dan penyediaan yang tidak seimbang mengakibatkan gangguan otot jantung, dan ini memperlemah jantung sebagai pompa untuk kebutuhan sirkulasi sel dari seluruh tubuh.
"Kondisi itu akan terjadi jika salat terlalu cepat, tubuh akan butuh oksigen lebih banyak, tapi jantung tidak sanggup memenuhi. Kebutuhan oksigenasi otot jantung akan banyak, ketika kebutuhan dan penyediaan tidak seimbang tentu akan membuat kondisi jantung terganggu, sehingga membawa jantung pada kondisi tidak stabil,” tandasnya.